Jumat, 12 Juni 2015

Penjajahan di Kerajaan Maluku

Filled under:



BAB I
                                          PENDAHULUAN
1.1.            Latar Belakang
Sejak dahulu, bangsa-bangsa di dunia tertarik untuk mengusai Indonesia termasuk wilayah Kerajaan Maluku yang berada di bagian timur Indonesia. Hal itu disebabkan oleh letak Kerajaan Maluku yang sangat strategis dan kekayaan alamnya berlimpah-limpah. Dikatakan strategis karena Kerajaan Maluku terletak di jalur perdagangan dunia. Di samping tanahnya sangat subur, Kerajaan Maluku juga mempunyai kandungan alam yang banyak, seperti minyak. emas, dan tembaga.
Berbagai perlakuan yang tidak adil tersebut kemudian melatar belakangi rakyat Kerajaan Maluku untuk memberontak. Pemberontakan dilakukan dari berbagai daerah dan oleh berbagai tokoh perjuangan. Perjuangan memperoleh hak-hak kembali atas kekayaan Bangsa Indonesia Khususnya Kerajaan Maluku terus dilakukan. Pergerakan-pergerakan oleh tokoh nasionalis Kapiten Pattimura mengalami sejarah yang panjang dan dari berbagai generasi.
Pentingnya mengetahui dan mempelajari sejarah perjuangan bangsa adalah untuk menumbuhkan rasa cinta kita yang mendalam kepada Indonesia. Pepatah yang mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah perjuangan pahlawannya. Indonesia merupakan bangsa yang besar, maka dari itu perlu adanya penanaman kecintaan yang lebih untuk menumbuhkan semangat nasionalisme.
1.2.            Rumusan Masalah
1.    Apakah motif penjajahan di Kerajaan Maluku?
2.    Bagaimana rangkaian perjuangan rakyat Kerajaan Maluku dalam melawan penjajahan?
1.3.            Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan adalah untuk mempelajari dan mengetahui sejarah kependudukan terutama Rakyat Kerajaan Maluku meliputi motif kedatangan dan perjuangan pahlawan Kerajaan Maluku dalam melawan penjajah Belanda. Tujuan yang selanjutnya adalah menerapkan nilai-nilai semangat perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dan menghargai sejarah.
       BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Awal Kedatangan dan Motif Kedatangan Belanda di Kerajaan Maluku
Hingga abad ke-10 pelayaran niaga masih menempuh satu jalur yang tidak terputus-putus dari timur ke barat atau sebaliknya. Sampai dengan abad itu belum ada pelabuhan-pelabuhan yang memiliki cukup banyak fasilitas untuk dijadikan tempat singgah dalam jalur niaga yang panjang. Sejak abad ke-10 dan ke-11 muncul kota pelabuhan yang disebut dengan “emporium”, yaitu suatu kota pelabuhan dengan fasilitas lengkap yang memudahkan para pelaut untuk memperbaiki kapal-kapalnya sekaligus melakukan transaksi perdagangan. Dalam setiap emporium biasanya terdapat pengusaha yang memiliki modal cukup besar sehingga mampu menyediakan fasilitas kredit, gudang-gudang, usaha dagang dan bahkan sewa dan jual beli kapal untuk ekspedisi dagang.
Lahirnya sistem”emporia” telah memudahkan pelayaran niaga. Para pedagang tidak lagi dipaksa untuk menempuh seluruh jalur dari timur ke barat untuk memasarkan barang dagangannya. Tetapi, dengan menempuh satu emporium saja, maka komoditi dagangnya akan dibawa para pedagang lain menyebar ke emporium-emporium di wilayah lain. Dengan demikian sistem emporia telah menyebabkan jalur perdagangan menjadi lebih pendek. Berbagai emporium yang muncul pada abad itu adalah Aden dan Mocha di Laut Merah; Muskat, Bandar Abas dan Hormuz di Teluk Persia; Kambai dan Kalikut di Laut Arab; Satgaon di Teluk Benggala; Zaiton dan Nanking di Laut Cina serta Malaka di Selat Malaka. Pada abad ke-15, Malaka mulai menggeser kedudukan Samudra Pasai dalam dunia perdagangan internasional. Secara geografis, letak Malaka cukup strategis dan lebih menguntungkan dibandingkan Pasai.
Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara yang terletak pada jalan silang antara wilayah timur dan wilayah barat Asia. Sebagaimana Sriwijaya, Malaka dapat dikatakan tidak memproduksi sendiri bahan-bahan hasil bumi atau pertambangannya, tetapi mendatangkan dari wilayah lain. Namun dengan kekuatan hubungan diplomatiknya dengan berbagai negara kuat seperti Cina, Siam dan Majapahit, kerajaan Malaka berkembang menjadi emporium terbesar di kawasan Asia. Terlebih lagi setelah penguasa Malaka menjadi penganut Islam pada 1414, mendorong semakin banyak pedagang Islam dari Arab dan India melakukan kegiatan perdagangan di Malaka.
Pesatnya perkembangan Malaka juga didukung oleh kebijakan yang ditempuh para penguasanya. Mereka berusaha menumbuhkan sistem birokrasi yang dapat memenuhi tugasnya dalam mengatur perekonomian Malaka. Salah satu jabatan yang penting dan berkaitan erat dengan perdagangan di pelabuhan adalah Syahbandar. Di Malaka, terdapat empat syahbandar yang dipilih secara langsung oleh para pedagang asing dari berbagai kelompok bangsa untuk mengurusi kepentingan mereka masing-masing. Kedudukan strategis Malaka itu terdengar oleh orang-orang Portugis yang telah berhasil mendirikan suatu kantor dagang di Goa, India. Untuk itu Affonso d’Albuquerque, seorang panglima Portugis di Goa bermaksud mengadakan hubungan dengan Malaka. Suatu utusan Portugis dipimpin oleh Lopez Squeira pada 1509 tiba di Malaka untuk mengadakan hubungan dagang dengan Malaka. Namun penguasa Malaka enggan untuk menerimanya, bahkan mereka menyerang orang-orang Portugis yang tiba di Malaka saat itu. Hingga akhirnya, dengan dipimpin langsung oleh Panglima Portugis, Affonso d’Albuquerque.
Portugis merebut Malaka pada 1511. Mereka berharap dengan menguasai Malaka akan dapat merampas seluruh perdagangan merica di Asia. Namun harapan mereka tidak terpenuhi, mengingat Malaka tidak memproduksi hasil-hasil perdagangan (ekspor) apa pun, termasuk merica yang mereka cari-cari selama ini. Tetapi Malaka semata-mata emporium yang berfungsi sebagai pelabuhan transit bagi para pedagang di wilayah Asia. Setelah menguasai Malaka, orang-orang Portugis melanjutkan perjalanannya ke Maluku, tepatnya ke Banda yang merupakan tempat pengumpulan rempah-rempah di Maluku. Di Banda Portugis mendapatkan pala, cengkeh dan fuli. Rempah-rempah tersebut mereka tukar dengan bahan pakaian dari India. Dengan ini suasana perdagangan yang ramai timbul di pulau Banda. Pada 1521 bangsa Spanyol datang dengan dua kapal melalui Filipina dan Kalimantan Utara menuju kepulauan Maluku, yaitu Tidore, Bacan dan Jailolo.
Kedatangan mereka diterima dengan baik, ketika mereka pulang beberapa pedagang mereka menetap di Tidore, tetapi mereka mendapat serangan dari Portugis. Kedatangan bangsa Spanyol ke Maluku tidak disukai oleh bangsa Portugis, karena mereka tidak menghendaki ada bangsa Eropa lain yang menjadi pesaing monopoli perdagangan mereka di Maluku. Akan tetapi karena sikap baik yang ditunjukakan oleh bangsa Spanyol, masyarakat Maluku lebih menyukai mereka daripada bangsa Portugis. Oleh karena itu kapal-kapal mereka terus mengunjungi Maluku hingga 1534. Namun karena adanya perjanjian dengan bangsa Portugis sejak tahun 1534, Spanyol meninggalkan Maluku dan Portugis mendapat kebebasan penuh untuk melakukan monopoli rempah-rempah di Maluku. Sejak akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 tiba giliran bagi orang Belanda, Inggris, Denmark dan Perancis datang ke wilayah Nusantara.
Secara khusus, kedatangan bangsa Belanda didorong oleh dua motif yaitu ekonomi dan petualangan. Pada 1585 ketika Portugal masuk daerah kuasa Spanyol maka peranan bangsa Belanda sebagai pengangkut dan penyebar rempah-rempah di wilayah Eropa terhenti. Karena kehilangan mata pencaharian tersebut, bangsa Belanda memutuskan untuk mendapatkan rempah-rempah secara langsung dari kepulauan Nusantara. Pada 1595 armada bangsa Belanda, yang terdiri dari empat kapal dagang, untuk pertama kalinya berlayar ke Hindia Timur dibawah pimpinan Cournelis de Houtman. Armada tersebut sampai di Banten pada 1596. Karena mengharapkan keuntungan yang berlimpah, permintaan Belanda kepada Banten atas sejumlah besar lada diluar kemampuannya untuk membayar menimbulkan ketegangan antara mereka. Kemudian Belanda meninggalkan pelabuhan Banten dengan menembaki kota Banten. Sikap kasar tersebut menyebar ke seluruh pelabuhan di pesisir utara Jawa, sehingga Belanda mengalami kesulitan untuk mengadakan hubungan dagang.
Armada pertama tersebut hanya berlayar hingga Bali dan pada 1597 mereka berhasil kembali ke Belanda dengan membawa banyak rempah-rempah. Tahun berikutnya, 1598 armada kedua Belanda yang terdiri dari Jacob van Neck, Waerwijck, Heemskerck di Banten, tiba di banten dan diterima dengan baik oleh penguasa-penguasa di sana. Hal tersebut disebabkan situasi Banten yang baru saja mengalami kerugian akibat tindakan orang Portugis dan sikap bangsa Belanda yang sudah bisa menyesuaikan diri dengan masyarakat Banten. Kedatangan bangsa Belanda di pelabuhan Tuban dan Maluku juga mendapat sambutan yang baik daripara penguasa setempat. Hampir setiap pulau di Kepulauan Maluku mereka singgahi, bahkan mereka juga menempatkan orang-orangnya untuk menampung hasil panen rempah-rempah. Kedatangan Belanda di Ternate juga diterima dengan baik karena pada saat itu Sultan Ternate sedang memusuhi Portugis dan Spanyol.
Dengan cara seperti itu, armada Belanda berhasil kembali ke negerinya dengan kapal-kapal yang sarat muatan rempah-rempah dan keuntungan yang besar. Pada Maret 1602, setelah perundingan yang alot antara Staten General(Dewan Perwakilan) dengan perseroan-perseroan di negeri Belanda (Holland dan Zeeland) dibentuk Vereenidge Oost Indische Compagnie(VOC) berdasarkan suatu oktroi parlemen yang memberi hak eksklusif kepada perseroan untuk berdagang, berlayar dan memegang kekuasaan di kawasan antara Tanjung Harapan dan Kepulauan Salomon. Dalam menjalankan misi dagangnya, VOC mempunyai hak khusus (oktroi) dalam memperoleh wilayah di Timur, mengadakan perdamaian, perjanjian-perjanjian, menyatakan perang, memiliki kapal perang, mempunyai tentara dan memiliki benteng pertahanan sendiri. Tujuan utama dibentuknya VOC seperti tercermin dalam perundingan 15 Januari 1602 adalah untuk “menimbulkan bencana pada musuh dan guna keamanan tanah air”. Musuh saat itu adalah Portugis dan Spanyol yang pada kurun Juni 1580 – Desember 1640 bergabung menjadi satu kekuasaan yang hendak merebut dominasi perdagangan di Asia.
Sementara waktu, melalui VOC bangsa Belanda masih menjalin hubungan baik bersama masyarakat Nusantara. Pada tahun-tahun setelah J.P. Coen menjadi Gubernur Jenderal VOC, arah politik bangsa Belanda semakin jelas bukan hanya terfokus pada perdagangan saja tetapi juga melaksanakan monopoli perdagangan serta politik kekuasaan terhadap kerajaan-kerajaan di Nusantara. Lima tahun sebelum menjadi Gubernur Jenderal (1614) JP Coen berpendapat bahwa perdagangan di Asia harus dilaksanakan dan dipertahankan dengan perlindungan serta bantuan senjata yang diperoleh dari keuntungan perdaganga. Menurut Coen perdagangan tidak dapat dipertahankan tanpa perang, seperti juga perang tidak dapat dipertahankan tanpa perdagangan. Akhirnya pada Maret 1619 VOC dibawah pimpinan Gubernur Jenderal J.P. Coen merebut Jayakarta dari tangan Pangeran Wijayakrama dan mengukuhkan kedudukannya setelah membumi hanguskan kota dengan membangun kota Batavia di atas puing-puing reruntuhan Jayakarta. Setelah berhasil menguasai Batavia, J.P. Coen memindahkan kantor pusat dagang VOC dari Ambon ke Batavia, sejak saat itu Batavia menjadi markas besar perdagangan VOC.

2.2. Perlawanan Rakyat Kerajaan Maluku melawan Penjajahan
(Perlawanan Saparua 1817)
Berdasarkan Traktat London I tahun 1814 (antara Belanda danInggris), maka semua jajahan Belanda (kecuali Kaapkoloni dan SriLanka) dikembalikan kepada Belanda. Ini berarti jajahan Inggris diIndonesia, yang dulu direbut dari Belanda, harus dikembalikan kepadaBelanda. Bertolak dari keputusan tersebut, maka Indonesia akan dijajahkembali oleh Belanda. Dengan demikian penindasan yang pernahdilakukan terhadap rakyat Indonesia juga akan dilakukan kembali, danmemang demikian. Itulah sebabnya, rakyat Indonesia lalu melakukan perlawanan-perlawanan, yang diawali dengan perlawanan rakyatSaparua dari Maluku.Maluku sangat penting bagi Belanda karena daerah inimerupakan penghasil rempah-rempah. Hal itu sudah dilakukan ratusantahun oleh Belanda sampai jatuhnya VOC tahun 1799 yang kemudiandikuasai oleh Inggris yang liberal. Ketika rakyat Maluku mendengarbahwa Belanda akan berkuasa kembali di Maluku, masyarakat Malukutrauma akan kembalinya sistem monopoli VOC dan Pelayaran Hongi.Dengan adanya monopoli itu, maka harga rempah-rempahditentukan oleh Belanda, yang biasanya sangat murah.
Belandamelakukan pengawasan ketat terhadap penduduk dan tidak jarangmenggunakan kekerasan. Perdagangan yang dilakukan oleh penduduk Maluku dengan pedagang Jawa, Melayu dan lain-lain dianggapperdagangan gelap. Karena itu kembalinya Belanda ke Maluku tahun1816 dicurigai bahwa mereka akan mengembalikan sistem monopoliyang menakutkan itu.Di samping monopoli rempah-rempah, rakyat Maluku jugatrauma akan kembalinya Pelayaran Hongi. Untuk mencegah jangansampai harga cengkeh di pasaran menurun karena kebanyakanproduksi, maka Belanda memaksa rakyat untuk menebang pohoncengkehnya. Untuk itu, maka dilakukan Pelayaran Hongi yaitupelayaran bersenjata untuk membasmi pohon rempah-rempah yangdianggap berlebih sekaligus untuk mencegah perdagangan gelap.Karena tindakan yang kejam itu rakyat kehilangan mata pencahariannyadan tenggelam ke dalam kesengsaraan dan kelaparan.Pada masa pemerintahan Inggris di Maluku timbul harapan bagirakyat. Untuk menarik hati rakyat, penguasa Inggris mengeluarkanperaturan yang meringankan beban-beban rakyat, penyerahan paksadihapus, dan pekerjaan rodi dikurangi. Pemasukan barang-barangdagangan dilakukan. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Setelahdaerah ini benar-benar kembali ke tangan Belanda, praktek-praktek lamadijalankan kembali.
Pemerintah Belanda lalu melakukan tekanan-tekanan yang berat,sehingga kembali membebani kehidupan rakyat. Selain sistem menyerahan paksa, masih terdapat beban kewajiban lain yang berat,antara lain kewajiban kerja blandong, penyerahan atap dan gaba-gaba,penyerahan ikan asin, dendeng dan kopi.Akibat dari penderitaan rakyat itu maka rakyat Maluku padatahun 1817 bangkit mengangkat senjata melawan kekuasaan Belanda.Perlawanan rakyat Maluku berkobar di Pulau Saparua. Tidak sedikitpenduduk dari daerah pulau sekitarnya yang ikut serta dalamperlawanan itu, baik yang beragama Kristen maupun Islam bersatupadu melawan penjajah. Hal ini menunjukkan bahwa Perang SaparuaPerlawanan Indonesia Terhadap Belanda. (A. Kardiyat Wiharyanto)mempunyai nada religius, karena Belanda mempersulitkehidupan beragama di daerah itu.
Protes rakyat di bawah pimpinan Thomas Matualessi diawalidengan penyerahan daftar keluhan-keluhan kepada Belanda. Daftar ituditandatangani oleh 21 penguasa orang kaya, patih, raja dari Saparuadan Nusa Laut. Beberapa pemimpin lain dalam perlawanan itu ialahAnthony Rhebok, Philip Latumahina, dan raja dari Siri Sori Sayat. Perlawanan ini dipimpin oleh Thomas Matualessi yangkemudian termasyur dengan sebutan Pattimura. Saat itu bentengDurstede di pulau Saparua berhasil dihancurkan oleh pasukan Maluku.Residen Belanda yang bernama van den Berg, terbunuh dalam peristiwaitu. Pasukan Belanda tambahan kemudian didatangkan dari Ambontetapi berhasil dikalahkan.Perlawanan rakyat Saparua menjalar ke Ambon, Seram, danpulau-pulau lainnya. Untuk memadamkan perlawanan rakyat Malukuini, Belanda mendatangkan pasukan dari Jawa.
Maluku diblokade olehBelanda. Rakyat akhirnya menyerah karena kekurangan makanan.Untuk menyelamatkan rakyat dari kelaparan, maka Pattimuramenyerahkan diri dan dikumum mati di tiang gantungan sebagaipahlawan yang tertindas oleh penjajah.Pemimpin perlawanan rakyat Maluku digantikan oleh KhristinaMartha Tiahahu, seorang pejuang wanita. Namun akhirnya ia ditangkappula. Sewaktu akan diasingkan ke Pulau Jawa, ia meninggal diperjalanan. Akibat perlawanan rakyat Maluku ini, pemerintah HindiaBelanda menerapkan kebijakan ketat. Rakyat Maluku, terutama rakyatSaparua dihukum berat. Monopoli rempah-rempah diberlakukankembali oleh pemerintah Belanda.



BAB III
PENUTUP

A.                Kesimpulan
1.    Secara khusus, kedatangan bangsa Belanda didorong oleh dua motif yaitu ekonomi dan petualangan. Pada 1595 armada bangsa Belanda, yang terdiri dari empat kapal dagang, untuk pertama kalinya berlayar ke Hindia Timur dibawah pimpinan Cournelis de Houtman. Maluku pada tahun 1817 bangkit mengangkat senjata melawan kekuasaan Belanda.Perlawanan rakyat Maluku berkobar di Pulau Saparua.



0 komentar:

Posting Komentar