Jumat, 12 Juni 2015

Makalah Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia

Filled under:

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Indonesia mengukir kisah perjuangan yang panjang dalam perjalanannya. Kemerdekaan yang didapatkan sekarang ini bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Bangsa Indonesia dijajah oleh negara lain selama berabad lamanya. Penjajahan terlama dilakukan oleh Belanda.  Belanda menjajah Indonesia selama lebih kurang 350 tahun.
Berbagai faktor yang melandasi penjajahan Belanda di Indonesia, salah satunya adalah motif berdagang yang bergeser seiring dengan keinginan untuk berkuasa. Berbagai konflik yang terjadi dengan penguasa sebelumnya, yaitu Inggris dan Portugis menghadirkan persaingan. Persaingan yang direalisasikan dengan adanya kongsi dagang yang merugikan Bangsa Indonesia. Di antara bangsa-bangsa Barat yang datang di Indonesia, Belandalah yang paling bernafsu menguasai Indonesia. Untuk melaksanakan tekadnya itu Belanda mendirikan VOC. VOC adalah kongsi dagang Belanda yang mencari keuntungan yang sebesar-besarnya di Indonesia. Oleh karena itu, mereka tidak menghiraukan kemajuan Indonesia.
Sejak dahulu, bangsa-bangsa di dunia tertarik untuk mengusai Indonesia termasuk wilayah Kerajaan Maluku yang berada di bagian timur Indonesia. Hal itu disebabkan oleh letak Kerajaan Maluku yang sangat strategis dan kekayaan alamnya berlimpah-limpah. Dikatakan strategis karena Kerajaan Maluku terletak di jalur perdagangan dunia. Di samping tanahnya sangat subur, Kerajaan Maluku juga mempunyai kandungan alam yang banyak, seperti minyak. emas, dan tembaga.
Berbagai perlakuan yang tidak adil tersebut kemudian melatar belakangi rakyat Kerajaan Maluku untuk memberontak. Pemberontakan dilakukan dari berbagai daerah dan oleh berbagai tokoh perjuangan. Perjuangan memperoleh hak-hak kembali atas kekayaan Bangsa Indonesia Khususnya Kerajaan Maluku terus dilakukan. Pergerakan-pergerakan oleh tokoh nasionalis Kapiten Pattimura mengalami sejarah yang panjang dan dari berbagai generasi.
Pentingnya mengetahui dan mempelajari sejarah perjuangan bangsa adalah untuk menumbuhkan rasa cinta kita yang mendalam kepada Indonesia. Pepatah yang mengatakan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarah perjuangan pahlawannya. Indonesia merupakan bangsa yang besar, maka dari itu perlu adanya penanaman kecintaan yang lebih untuk menumbuhkan semangat nasionalisme.

1.2.    Rumusan Masalah
1.    Apakah motif penjajahan di Kerajaan Maluku?
2.    Bagaimana rangkaian perjuangan rakyat Kerajaan Maluku dalam melawan penjajahan?

1.3.    Tujuan dan Manfaat
Pembuatan makalah mengenai Sejarah Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Belanda  ini memiliki beberapa tujuan dan manfaat. Adapun tujuan adalah untuk mempelajari dan mengetahui sejarah kependudukan Bangsa Belanda di Indonesia terutama Rakyat Kerajaan Maluku meliputi motif kedatangan dan perjuangan pahlawan Kerajaan Maluku dalam melawan penjajah Belanda. Tujuan yang selanjutnya adalah menerapkan nilai-nilai semangat perjuangan untuk mempertahankan kemerdekaan dan menghargai sejarah. Manfaat dalam pembuatan makalah ini adalah dapat mengetahui dan memahami sejarah perjuangan Rakyat Kerajaan Maluku pada masa-masa penjajahan Belanda. Selain itu, manfaatnya adalah menanamkan rasa nasionalisme dalam diri Bangsa Indonesia untuk mengisi kemerdekaan dengan hal-hal yang bermanfaat.

1.4.    Ruang Lingkup
Makalah ini dibatasi dalam ruang lingkup, agar dalam pembahasan dapat terfokus sesuai dengan tujuan pembuatan makalah. Ruang lingkup juga sebagai panduan dalam evaluasi dalam pembahasan makalah agar sesuai dengan tujuan. Adapun ruang lingkup dalam pembuatan makalah adalah sebagai berikut.
1.    Penjelasan mengenai awal kedatangan Belanda ke Indonesia dan motifnya.
2.    Masa kependudukan Belanda terutama dengan adanya kongsi dagang atau VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie)
3.    Penjelasan mengenai perjuangan pahlawan Indonesia dalam melawan penjajah Belanda pada abad XIX.



BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Awal Kedatangan dan Motif Kedatangan Belanda di Indonesia
Hingga abad ke-10 pelayaran niaga masih menempuh satu jalur yang tidak terputus-putus dari timur ke barat atau sebaliknya. Sampai dengan abad itu belum ada pelabuhan-pelabuhan yang memiliki cukup banyak fasilitas untuk dijadikan tempat singgah dalam jalur niaga yang panjang. Sejak abad ke-10 dan ke-11 muncul kota pelabuhan yang disebut dengan "emporium", yaitu suatu kota pelabuhan dengan fasilitas lengkap yang memudahkan para pelaut untuk memperbaiki kapal-kapalnya sekaligus melakukan transaksi perdagangan. Dalam setiap emporium biasanya terdapat pengusaha yang memiliki modal cukup besar sehingga mampu menyediakan fasilitas kredit, gudang-gudang, usaha dagang dan bahkan sewa dan jual beli kapal untuk ekspedisi dagang.
Lahirnya sistem"emporia" telah memudahkan pelayaran niaga. Para pedagang tidak lagi dipaksa untuk menempuh seluruh jalur dari timur ke barat untuk memasarkan barang dagangannya. Tetapi, dengan menempuh satu emporium saja, maka komoditi dagangnya akan dibawa para pedagang lain menyebar ke emporium-emporium di wilayah lain. Dengan demikian sistem emporia telah menyebabkan jalur perdagangan menjadi lebih pendek. Berbagai emporium yang muncul pada abad itu adalah Aden dan Mocha di Laut Merah; Muskat, Bandar Abas dan Hormuz di Teluk Persia; Kambai dan Kalikut di Laut Arab; Satgaon di Teluk Benggala; Zaiton dan Nanking di Laut Cina serta Malaka di Selat Malaka. Pada abad ke-15, Malaka mulai menggeser kedudukan Samudra Pasai dalam dunia perdagangan internasional. Secara geografis, letak Malaka cukup strategis dan lebih menguntungkan dibandingkan Pasai.
Malaka dikenal sebagai pintu gerbang Nusantara yang terletak pada jalan silang antara wilayah timur dan wilayah barat Asia. Sebagaimana Sriwijaya, Malaka dapat dikatakan tidak memproduksi sendiri bahan-bahan hasil bumi atau pertambangannya, tetapi mendatangkan dari wilayah lain. Namun dengan kekuatan hubungan diplomatiknya dengan berbagai negara kuat seperti Cina, Siam dan Majapahit, kerajaan Malaka berkembang menjadi emporium terbesar di kawasan Asia. Terlebih lagi setelah penguasa Malaka menjadi penganut Islam pada 1414, mendorong semakin banyak pedagang Islam dari Arab dan India melakukan kegiatan perdagangan di Malaka.
Pesatnya perkembangan Malaka juga didukung oleh kebijakan yang ditempuh para penguasanya. Mereka berusaha menumbuhkan sistem birokrasi yang dapat memenuhi tugasnya dalam mengatur perekonomian Malaka. Salah satu jabatan yang penting dan berkaitan erat dengan perdagangan di pelabuhan adalah Syahbandar. Di Malaka, terdapat empat syahbandar yang dipilih secara langsung oleh para pedagang asing dari berbagai kelompok bangsa untuk mengurusi kepentingan mereka masing-masing. Kedudukan strategis Malaka itu terdengar oleh orang-orang Portugis yang telah berhasil mendirikan suatu kantor dagang di Goa, India. Untuk itu Affonso d'Albuquerque, seorang panglima Portugis di Goa bermaksud mengadakan hubungan dengan Malaka. Suatu utusan Portugis dipimpin oleh Lopez Squeira pada 1509 tiba di Malaka untuk mengadakan hubungan dagang dengan Malaka. Namun penguasa Malaka enggan untuk menerimanya, bahkan mereka menyerang orang-orang Portugis yang tiba di Malaka saat itu. Hingga akhirnya, dengan dipimpin langsung oleh Panglima Portugis, Affonso d'Albuquerque.
Portugis merebut Malaka pada 1511. Mereka berharap dengan menguasai Malaka akan dapat merampas seluruh perdagangan merica di Asia. Namun harapan mereka tidak terpenuhi, mengingat Malaka tidak memproduksi hasil-hasil perdagangan (ekspor) apa pun, termasuk merica yang mereka cari-cari selama ini. Tetapi Malaka semata-mata emporium yang berfungsi sebagai pelabuhan transit bagi para pedagang di wilayah Asia. Setelah menguasai Malaka, orang-orang Portugis melanjutkan perjalanannya ke Maluku, tepatnya ke Banda yang merupakan tempat pengumpulan rempah-rempah di Maluku. Di Banda Portugis mendapatkan pala, cengkeh dan fuli. Rempah-rempah tersebut mereka tukar dengan bahan pakaian dari India. Dengan ini suasana perdagangan yang ramai timbul di pulau Banda. Pada 1521 bangsa Spanyol datang dengan dua kapal melalui Filipina dan Kalimantan Utara menuju kepulauan Maluku, yaitu Tidore, Bacan dan Jailolo.
Kedatangan mereka diterima dengan baik, ketika mereka pulang beberapa pedagang mereka menetap di Tidore, tetapi mereka mendapat serangan dari Portugis. Kedatangan bangsa Spanyol ke Maluku tidak disukai oleh bangsa Portugis, karena mereka tidak menghendaki ada bangsa Eropa lain yang menjadi pesaing monopoli perdagangan mereka di Maluku. Akan tetapi karena sikap baik yang ditunjukakan oleh bangsa Spanyol, masyarakat Maluku lebih menyukai mereka daripada bangsa Portugis. Oleh karena itu kapal-kapal mereka terus mengunjungi Maluku hingga 1534. Namun karena adanya perjanjian dengan bangsa Portugis sejak tahun 1534, Spanyol meninggalkan Maluku dan Portugis mendapat kebebasan penuh untuk melakukan monopoli rempah-rempah di Maluku. Sejak akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17 tiba giliran bagi orang Belanda, Inggris, Denmark dan Perancis datang ke wilayah Nusantara.
Secara khusus, kedatangan bangsa Belanda didorong oleh dua motif yaitu ekonomi dan petualangan. Pada 1585 ketika Portugal masuk daerah kuasa Spanyol maka peranan bangsa Belanda sebagai pengangkut dan penyebar rempah-rempah di wilayah Eropa terhenti. Karena kehilangan mata pencaharian tersebut, bangsa Belanda memutuskan untuk mendapatkan rempah-rempah secara langsung dari kepulauan Nusantara. Pada 1595 armada bangsa Belanda, yang terdiri dari empat kapal dagang, untuk pertama kalinya berlayar ke Hindia Timur dibawah pimpinan Cournelis de Houtman. Armada tersebut sampai di Banten pada 1596. Karena mengharapkan keuntungan yang berlimpah, permintaan Belanda kepada Banten atas sejumlah besar lada diluar kemampuannya untuk membayar menimbulkan ketegangan antara mereka. Kemudian Belanda meninggalkan pelabuhan Banten dengan menembaki kota Banten. Sikap kasar tersebut menyebar ke seluruh pelabuhan di pesisir utara Jawa, sehingga Belanda mengalami kesulitan untuk mengadakan hubungan dagang.
Armada pertama tersebut hanya berlayar hingga Bali dan pada 1597 mereka berhasil kembali ke Belanda dengan membawa banyak rempah-rempah. Tahun berikutnya, 1598 armada kedua Belanda yang terdiri dari Jacob van Neck, Waerwijck, Heemskerck di Banten, tiba di banten dan diterima dengan baik oleh penguasa-penguasa di sana. Hal tersebut disebabkan situasi Banten yang baru saja mengalami kerugian akibat tindakan orang Portugis dan sikap bangsa Belanda yang sudah bisa menyesuaikan diri dengan masyarakat Banten. Kedatangan bangsa Belanda di pelabuhan Tuban dan Maluku juga mendapat sambutan yang baik daripara penguasa setempat. Hampir setiap pulau di Kepulauan Maluku mereka singgahi, bahkan mereka juga menempatkan orang-orangnya untuk menampung hasil panen rempah-rempah. Kedatangan Belanda di Ternate juga diterima dengan aik karena pada saat itu Sultan Ternate sedang memusuhi Portugis dan Spanyol.
Dengan cara seperti itu, armada Belanda berhasil kembali ke negerinya dengan kapal-kapal yang sarat muatan rempah-rempah dan keuntungan yang besar. Pada Maret 1602, setelah perundingan yang alot antara Staten General(Dewan Perwakilan) dengan perseroan-perseroan di negeri Belanda (Holland dan Zeeland) dibentuk Vereenidge Oost Indische Compagnie(VOC) berdasarkan suatu oktroi parlemen yang memberi hak eksklusif kepada perseroan untuk berdagang, berlayar dan memegang kekuasaan di kawasan antara Tanjung Harapan dan Kepulauan Salomon. Dalam menjalankan misi dagangnya, VOC mempunyai hak khusus (oktroi) dalam memperoleh wilayah di Timur, mengadakan perdamaian, perjanjian-perjanjian, menyatakan perang, memiliki kapal perang, mempunyai tentara dan memiliki benteng pertahanan sendiri. Tujuan utama dibentuknya VOC seperti tercermin dalam perundingan 15 Januari 1602 adalah untuk "menimbulkan bencana pada musuh dan guna keamanan tanah air". Musuh saat itu adalah Portugis dan Spanyol yang pada kurun Juni 1580 - Desember 1640 bergabung menjadi satu kekuasaan yang hendak merebut dominasi perdagangan di Asia.
Sementara waktu, melalui VOC bangsa Belanda masih menjalin hubungan baik bersama masyarakat Nusantara. Pada tahun-tahun setelah J.P. Coen menjadi Gubernur Jenderal VOC, arah politik bangsa Belanda semakin jelas bukan hanya terfokus pada perdagangan saja tetapi juga melaksanakan monopoli perdagangan serta politik kekuasaan terhadap kerajaan-kerajaan di Nusantara. Lima tahun sebelum menjadi Gubernur Jenderal (1614) JP Coen berpendapat bahwa perdagangan di Asia harus dilaksanakan dan dipertahankan dengan perlindungan serta bantuan senjata yang diperoleh dari keuntungan perdaganga. Menurut Coen perdagangan tidak dapat dipertahankan tanpa perang, seperti juga perang tidak dapat dipertahankan tanpa perdagangan. Akhirnya pada Maret 1619 VOC dibawah pimpinan Gubernur Jenderal J.P. Coen merebut Jayakarta dari tangan Pangeran Wijayakrama dan mengukuhkan kedudukannya setelah membumi hanguskan kota dengan membangun kota Batavia di atas puing-puing reruntuhan Jayakarta. Setelah berhasil menguasai Batavia, J.P. Coen memindahkan kantor pusat dagang VOC dari Ambon ke Batavia, sejak saat itu Batavia menjadi markas besar perdagangan VOC.
Hal itu merupakan langkah paling penting yang ditempuh oleh bangsa Belanda, mengingat dari Batavia VOC mampu membangun pusat militer dan administrasi di tempat yang relatif aman bagi pergudangan dan pertukaran barang serta mudah mencapai jalur-jalur perdagangan daerah timur Nusantara, Timur Jauh dan Eropa. Pada Desember 1650, VOC tercatat mempunyai 74 kapal dagang di seluruh wilayah Asia. Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan jumlah armada para pesaingnya, Inggris, Portugis dan Spanyol. Kapal-kapal dagang VOC dipersenjatai relatif lebih lengkap daripada kapal milik bangsa lain. Oleh karena itu kapal-kapal Belanda lebih memungkinkan untuk melakukan berbagai manuver dengan lebih hebat.
Mulai abad ke-15 dapat dikatakan bahwa hampir semua transaksi perdagangan di Jawa menggunakan mata uang cashmilik Cina. Barangkali armada besar Ming dibawah Cheng Ho itulah yang membuat mata uang Cina begitu terkenal di bandar-bandar kepulauan yang lain seperti Malaka dan Pasai pada awal abad ke-15. Kemudian penghapusan larangan Kaisar atas perdagangan Cina ke Selatan pada tahun 1567 tampaknya mengakibatkan arus masuk secara besar-besaran mata uang tembaga Cina. Akibatnya banyaknya uang yang beredar membuat khawatir Pejabat Cina, sehingga pada 1590 di Guangdong dan Fujian dibuat mata uang tembaga baru campuran dengan timah yang murah untuk selanjutnya di edarkan. Pada 1596, armada pertama Belanda, picisbermutu rendah ini beredar jauh ke pedalaman Jawa. Karena bermutu rendah, Mata uang picis dari timah campuran tersebut mutunya dapat dipalsukan dengan mudah. Pada 1633, ketika Belanda (VOC) mulai merasa bahwa uang picisdapat diperoleh dari orang Cina di Batavia, mereka menjadi mengetahui bahwa sudah ada industri pembuatan picis Cina di Jawa, khususnya di Banten, Cirebon dan Jepara.
Belanda mengambil keuntungan dari kegiatan tersebut dengan memberikan timah atas dasar monopoli kepada orang Cina terkemuka di daerah pendudukan Belanda. Usaha ambil untung VOC tersebut, terhenti ketika Inggris berhasil memberikan timah dengan harga yang lebih murah. Setelah itu VOC beralih ke mata uang tembaga sebagai sarana dasarnya untuk memasuki perekonomian di Asia. Untuk menandingi uang kepeng Cina pada 1727 (atau rentang waktu 1728-1751) VOC mengedarkan pecahan logam Duit sebagai alat pembayaran sah menggantikan picis/cash. Namun demikian menurut beberapa catatan periode penggunaan mata uang picis yang mereka sponsori sangatlah penting guna membangun Batavia sebagai bandar yang menarik bagi pelaut Nusantara yang berkeinginan untuk memegang picis dan barang dagangan dari Cina.
Selain itu kedatangan bangsa Barat pada abad ke-16 turut memperbanyak jenis mata uang yang beredar di wilayah kepulauan Nusantara. Hal tersebut menyebabkan peranan mata uang lokal semakin terdesak karena beredar tanpa tatanan dan kontrol yang jelas dan teratur. Salah satu mata uang barat yang paling digemari secara luas adalah Real Spanyol(Spaanse Matten). Pada abad ke-17 tidak ada mata uang lokal yang dapat bersaing dengan mata uang Real Spanyol sebagai uang internasional. Uang itu segera menjadi uang dan satuan hitungan untuk transaksi internasional. Dalam sepucuk surat dari Gubernur Jenderal dan Dewan VOC di Batavia kepada negeri Belanda tertanggal 12 Pebruari 1685, mereka minta dikirimi senilai 350.000 sampai 400.000 Gulden uang yang tersedia, lebih disukai dalam bentuk real delapan Meksiko/Real Spanyol, karena orang-orang Jawa, Sumatera dan pulau-pulau sekitarnya lebih menyukai mata uang tersebut karena sudah selama bertahun-tahun terbiasa menggunakannya. VOC yang berupaya memonopoli perdagangan di Kepulauan Nusantara meminta ijin Raja Belanda untuk mencetak mata uang real baru dengan ukuran, berat serta kadar yang sama untuk menandingi popularitas Real Spanyol.
Sekitar awal abad ke-18 mata uang Real Spanyolmulai langka, oleh karena itu kedudukannya mulai tergeser. Keadaan itu digunakan VOC untuk menjadikan mata uang Belanda (logam perak) Rijksdaaldersebagai alat pembayaran yang standar di wilayah Nusantara. Sesungguhnya VOC di Batavia tidak mempunyai mata uang sendiri, membuat uang merupakan hak kedaulatan VOC yang pelaksanaannya secara ketat berada dalam pengawasan Staten Generaal. Ketika dalam tahun 1644 -1645 dibuat sejumlah mata uang darurat dari bahan tembaga dan perak, Heeren XVII langsung memerintahkan penarikannya dengan sangat. Dengan pengecualian ini, dan selain medali-medali, VOC tidak membuat uang di Hindia Timur sampai 1744, ketika akhirnya didirikan sebuah percetakan uang di Batavia. Akibatnya terjadi kekacauan yang besar dalam peredaran uang di seluruh lingkungan kegiatan VOC. Berbagai macam mata uang (termasuk Real Spanyol ) yang tiada terbilang jumlahnya dicetak dalam nilai masing-masing. Hingga sering terjadi perbedaan pendapat antara Heeren XVII dan Gubernur Jenderal dengan Dewannya di Batavia mengenai penilaian yang berbeda-beda yang ditetpakan oleh suatu badan.
Pada akhir abad ke-18,VOC telah mengalami kemunduran, beberapa monopolinya di daerah telah tumbang. Pemerintah Belanda kemudian memulai penyeledikannya terhadap kondisi VOC dan mengungkap kebangkrutan, skandal dan salah urus dalam segala bidang. Pada Desember 1794-Januari 1795 Perancis menyerbu negeri Belanda dan berhasil membentuk pemerintahan boneka Perancis. Berikutnya pada 1 Januari 1800 VOC dibubarkan, kemudian menyusul pembubaran dewan majelis (Heeren XVII) VOC di Amsterdam. Maka seluruh wilayah kekuasaan VOC beralih menjadi wilayah kekuasaan pemerintah Belanda.
Pada 1807 Herman William Daendels dikirim ke Batavia untuk menjadi Gubernur Jenderal di Hindia Timur dengan mengemban tugas reorganisasi pemerintahan, memperbaiki ekonomi dan mempertahankan Jawa dari serangan Inggris. Daendels mengalami kesulitan akibat kas pemerintah yang ditinggalkan VOC dalam keadaan kritis. Ia berusaha meminjam uang sebesar 736.000 Rijksdaalderuntuk memperbaiki kondisi ekonomi di wilayah Hindia Timur, tetapi usaha tersebut tidak berhasil karena hanya menambah semakin banyaknya mata uang Rijksdaalder yang beredar, sementara kas pemerintah yang seharusnya ikut menjamin nilai mata uangitu justru kosong. Daendels dianggap kurang berhasil dalam menjalankan tugasnya, hingga akhirnya ia diganti oleh Janssen yang kemudian menyerahkan Hindia Timur kepada Inggris.
Setelah itu pada 1811 Ratu Inggris mengangkat Sir Thomas Stamford Raffles sebagai Letnan Gubernur Hindia Timur. Pada periode Raffles, ia menarik mata uang Rijksdaaldersejumlah 8,5 juta (uang kertas) dari peredaran dan dianggap sebagai hutang pemerintah yang akan dijamin dengan perak. Kemudian mata uang Real Spanyoldihidupkan kembali sebagai standar mata uang perak. Pada 1813 mata uang tersebut diganti dengan mata uang Ropij Jawa yang dicetak di Surabaya. Namun Raffles tidak lama bertahan di Hindia Timur (1811-1815), karena setelah usainya perang melawan Perancis (Napoleon), Inggris, dan Belanda membuat kesepakatan bahwa semua wilayah Hindia Timur diserahkan kembali kepada Belanda. Hal itu menyebabkan upaya Raffles belum sempat memperlihatkan hasilnya ketika kekuasaannya telah berakhir. Sejak peralihan kekuasaan tersebut, Hindia Timur disebut sebagai Hindia Belanda (Nederland Indie) dan diperintah oleh Komisaris Jenderal (1815-1819) yang terdiri dari Elout, Buyskes dan van der Capellen. Diantara periode tersebut tepatnya pada 1817 pemerintah menerbitkan mata uang baru sebagai ganti Ropij Jawa, yaitu Gulden Hindia Belandadengan simbol "f" berarti florin atau gulden.
Pada periode itu pemerintah merasakan beratnya beban kegiatan perekonomian Hindia Belanda tanpa adanya fasilitas perbankan yang memadai. Dalam hubungan ekspor-impor antara Hindia Belanda dan Belanda dibutuhkan emas dan perak guna menutupi nilai defisit dalam Neraca perdagangan. Pemerintah Hindia Belanda harus selalu mendatangkan emas-perak dari Belanda untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Dan hal itu hanya bisa dilakukan dengan mudah melalui fasilitas perbankan.
Komisaris Jenderal Leonard Pierre Joseph Burgraaf Du Bus de Gisignies dalam Kolonisatie Rapport-nya mengatakan bahwa nilai ekspor Jawa sangat rendah jika dibandingkan dengan daerah koloni Belanda yang lain. Karena itu nilai ekspor Jawa tidak dapat mengimbangi nilai impornya, terlebih lagi tingkat pendapatan rakyat yang sangat rendah tidak dapat membayar barang-barang impor secara tunai. Untuk itu Du Bus menempuh dua kebijakan yaitu menggantikan sistem pemilikan komunal menjadi individual guna mendorong rakyat untuk bekerja mencari uang dan mempergunakan lebih banyak modal daripada manusia dengan konsekwensi mengundang modal asing dari Eropa Barat. Kebijakan "lebih banyak modal daripada manusia" Du Bus tersebut akhirnya melahirkan gagasan ekonomi liberal yaitu "kolonisasi Hindia Belanda dengan modal". Akibat dari kebijakan tersebut akhirnya menimbulkan kebutuhan akan akan hadirnya lembaga perbankan modern di Hindia Belanda.

2.2. Perlawanan Bangsa Indonesia melawan Penjajah Belanda Abad XIX

A.     Perlawanan Saparua 1817
Berdasarkan Traktat London I tahun 1814 (antara Belanda danInggris), maka semua jajahan Belanda (kecuali Kaapkoloni dan SriLanka) dikembalikan kepada Belanda. Ini berarti jajahan Inggris diIndonesia, yang dulu direbut dari Belanda, harus dikembalikan kepadaBelanda. Bertolak dari keputusan tersebut, maka Indonesia akan dijajahkembali oleh Belanda. Dengan demikian penindasan yang pernahdilakukan terhadap rakyat Indonesia juga akan dilakukan kembali, danmemang demikian. Itulah sebabnya, rakyat Indonesia lalu melakukan perlawanan-perlawanan, yang diawali dengan perlawanan rakyatSaparua dari Maluku.Maluku sangat penting bagi Belanda karena daerah inimerupakan penghasil rempah-rempah. Hal itu sudah dilakukan ratusantahun oleh Belanda sampai jatuhnya VOC tahun 1799 yang kemudiandikuasai oleh Inggris yang liberal. Ketika rakyat Maluku mendengarbahwa Belanda akan berkuasa kembali di Maluku, masyarakat Malukutrauma akan kembalinya sistem monopoli VOC dan Pelayaran Hongi.Dengan adanya monopoli itu, maka harga rempah-rempahditentukan oleh Belanda, yang biasanya sangat murah.
Belandamelakukan pengawasan ketat terhadap penduduk dan tidak jarangmenggunakan kekerasan. Perdagangan yang dilakukan oleh penduduk Maluku dengan pedagang Jawa, Melayu dan lain-lain dianggapperdagangan gelap. Karena itu kembalinya Belanda ke Maluku tahun1816 dicurigai bahwa mereka akan mengembalikan sistem monopoliyang menakutkan itu.Di samping monopoli rempah-rempah, rakyat Maluku jugatrauma akan kembalinya Pelayaran Hongi. Untuk mencegah jangansampai harga cengkeh di pasaran menurun karena kebanyakanproduksi, maka Belanda memaksa rakyat untuk menebang pohoncengkehnya. Untuk itu, maka dilakukan Pelayaran Hongi yaitupelayaran bersenjata untuk membasmi pohon rempah-rempah yangdianggap berlebih sekaligus untuk mencegah perdagangan gelap.Karena tindakan yang kejam itu rakyat kehilangan mata pencahariannyadan tenggelam ke dalam kesengsaraan dan kelaparan.Pada masa pemerintahan Inggris di Maluku timbul harapan bagirakyat. Untuk menarik hati rakyat, penguasa Inggris mengeluarkanperaturan yang meringankan beban-beban rakyat, penyerahan paksadihapus, dan pekerjaan rodi dikurangi. Pemasukan barang-barangdagangan dilakukan. Tetapi keadaan ini tidak berlangsung lama. Setelahdaerah ini benar-benar kembali ke tangan Belanda, praktek-praktek lamadijalankan kembali.
Pemerintah Belanda lalu melakukan tekanan-tekanan yang berat,sehingga kembali membebani kehidupan rakyat. Selain sistem menyerahan paksa, masih terdapat beban kewajiban lain yang berat,antara lain kewajiban kerja blandong, penyerahan atap dan gaba-gaba,penyerahan ikan asin, dendeng dan kopi.Akibat dari penderitaan rakyat itu maka rakyat Maluku padatahun 1817 bangkit mengangkat senjata melawan kekuasaan Belanda.Perlawanan rakyat Maluku berkobar di Pulau Saparua. Tidak sedikitpenduduk dari daerah pulau sekitarnya yang ikut serta dalamperlawanan itu, baik yang beragama Kristen maupun Islam bersatupadu melawan penjajah. Hal ini menunjukkan bahwa Perang SaparuaPerlawanan Indonesia Terhadap Belanda. (A. Kardiyat Wiharyanto)mempunyai nada religius, karena Belanda mempersulitkehidupan beragama di daerah itu.
Protes rakyat di bawah pimpinan Thomas Matualessi diawalidengan penyerahan daftar keluhan-keluhan kepada Belanda. Daftar ituditandatangani oleh 21 penguasa orang kaya, patih, raja dari Saparuadan Nusa Laut. Beberapa pemimpin lain dalam perlawanan itu ialahAnthony Rhebok, Philip Latumahina, dan raja dari Siri Sori Sayat. Perlawanan ini dipimpin oleh Thomas Matualessi yangkemudian termasyur dengan sebutan Pattimura. Saat itu bentengDurstede di pulau Saparua berhasil dihancurkan oleh pasukan Maluku.Residen Belanda yang bernama van den Berg, terbunuh dalam peristiwaitu. Pasukan Belanda tambahan kemudian didatangkan dari Ambontetapi berhasil dikalahkan.Perlawanan rakyat Saparua menjalar ke Ambon, Seram, danpulau-pulau lainnya. Untuk memadamkan perlawanan rakyat Malukuini, Belanda mendatangkan pasukan dari Jawa.
Maluku diblokade olehBelanda. Rakyat akhirnya menyerah karena kekurangan makanan.Untuk menyelamatkan rakyat dari kelaparan, maka Pattimuramenyerahkan diri dan dikumum mati di tiang gantungan sebagaipahlawan yang tertindas oleh penjajah.Pemimpin perlawanan rakyat Maluku digantikan oleh KhristinaMartha Tiahahu, seorang pejuang wanita. Namun akhirnya ia ditangkappula. Sewaktu akan diasingkan ke Pulau Jawa, ia meninggal diperjalanan. Akibat perlawanan rakyat Maluku ini, pemerintah HindiaBelanda menerapkan kebijakan ketat. Rakyat Maluku, terutama rakyatSaparua dihukum berat. Monopoli rempah-rempah diberlakukankembali oleh pemerintah Belanda.

B.     Perlawanan Palembang 1811-1822.
Pada tahun 1804 Sultan Mohamad Baha'udin meninggal duniasetelah memerintah selama kurang lebih 27 tahun, lalu digantikan olehputranya, Sultan Mahmud Badaruddin. Sultan baru memerintah secaradepotis, punya kepribadian yang kuat dan berbakat sekali.Dalam menghadapi lawannya, ia sangat trampil berdiplomasidan mahir dalam strategi perang, organisator yang ulung, lagi pulamempunyai perhatian luas dalam pelbagai bidang, antara lain kepadasastra. Dia mengubah pantun dan menulis Syair Sinyaor Kista dan Syair
Singor Nuri. Ia memiliki banyak buku sastra dalam perpustakaannya.Akibat jatuhnya VOC, monopoli Belanda di Palembang tidakdapat dipertahankan, bahkan factorinya di tempat itu hampir lenyap.
Krisis ekonomi yang dihadapi pemerintah Hindia Belanda diPalembang, mempercepat peralihan kekuasaan ke tangan Inggris.Sebelum Jawa jatuh ke tangan Inggris sudah ada kontak antaramereka dengan Palembang. Raffles menulis surat kepada SultanMahmud Badaruddin agar menyingkirkan Belanda dan untuk keperluanitu Inggris akan memberi bantuan militernya.Tanpa memberikan tanggapan terhadap tawaran itu, loji Belandadiserang oleh pasukan Sultan, dan orang-orang Belanda dibawa ke hiliruntuk dibunuh (14 September 1811). Kemudian loji diratakan dengantanah untuk menghilangkan bekas-bekasnya. Untuk menghadapi segalakemungkinan di tempat-tempat strategis didirikan bangunanpertahanan, yang paling diperkuat adalah benteng Palembang yangdipasang ratusan meriam. Walaupun pertahanan diperkuat sedemikian hebatnya,Palembang dengan tidak banyak perlawanan jatuh ke tangan ekspedisiInggris di bawah pimpinan Gillespie pada tanggal 24 April 1812. Sultansempat mengungsi ke pedalaman. Sedangkan pimpinan pertahanankerajaan berada di tangan Pangeran Adipati Ahmad Najamudin, seorangsaudara Sultan yang ternyata tidak menunjukkan loyalitasnya kepadakakaknya, bahkan kemudian bersedia berunding dengan Inggris.
Pada tanggal 17 Mei 1812 Pangeran Najamudinmengadakanperjanjian dengan Inggris yang menentukan bahwa Pangeran AdipatiAhmad Najamudin diangkat menjadi Sultan Palembang, sedang Inggrismemperoleh Bangka dan Belitung sebagai daerah kekuasaannya.Sementara itu Sultan Badaruddin membangun pertahanan kuatdi hulu Sungai Musi, yaitu mula-mula di Buaya Langu. Setelah seranganekspedisi Inggris terhadap kubu itu gagal, pertahanan dipindah lebih kehulu lagi, yaitu di Muara Rawas. Oleh karena aksi militer tidak berdayauntuk menundukkan Sultan Badaruddin, kemudian Inggris menempuhjalan diplomasi dan mengirim Robinson untuk berunding.
Pada tanggal 29 Juni 1812 ditandatangani perjanjian yangmenetapkan bahwa Sultan Badaruddin diakui sebagai SultanPalembang, sedang Pangeran Adipati Ahmad Najamudin diturunkandari tahta. Di samping itu diperkuat pengakuan kekuasaan Inggris atasBangka dan Belitung; Sultan harus menanggung ongkos ekspedisisebesar empat ratus ribu real Spanyol; mengganti kerusakan bentengBelanda sebesar dua puluh ribu real Spanyol, dan putra Sultan perludiamankan di Jawa.Setelah perjanjian ditandatangani, pada tanggal 13 Juli 1812Sultan Badaruddin tiba di Palembang dan bersemayam di kraton besar,sedang Najamudin pindah ke kraton lama. Dengan campur tanganInggris, pertentangan menjadi-jadi dan situasi politik tetap tegang.Keunggulan masing-masing pihak mengalami pasang-surut,pendudukan singgasana silih berganti.
Pada tanggal 4 Agustus 1813 Raffles mengeluarkan proklamasiyang berisi tentang restorasi kedudukan Ahmad Najamudin sebagaiSultan. Meskipun Badaruddin tidak menduduki tahta lagi tetapi tetapberwibawa serta besar pengaruhnya di kalangan rakyat.Kembalinya kekuasaan Belanda di Indonesia tahun tahun 1816,politiknya langsung membalik situasi seperti yang diciptakan olehInggris. Sultan Ahmad Najamudin adalah penguasa yang lemah,sedangkan Sultan Badaruddin menguasai keadaan politik. Eksploitasifeodalistis di kalangan keluarga Sultan merajalela, banyak terjadiperampokan dalam kekosongan kekuasaan di daerah, akhirnya situasimirip dengan anarki.Pada saat itu tokoh yang dipercaya Belanda untuk mengaturPalembang adalah Muntinghe. Ia bertekad menanamkan kekuasaanyang kuat di Palembang. Untuk itu, ia menyodorkan kontrak denganBadaruddin maupun Najamudin pada 20-24 Juni 1818. Meskipunkesultanan tidak dihapus, namun maksud Muntinghe lambat launmengurangi kekuasaan Sultan.Berdasarkan kontrak tersebut, Sultan Badaruddin direstorasisebagai Sultan Palembang, sedang Najamudin diturunkan dari tahta.Walaupun demikian, masing-masing mempunyai daerah kekuasaanyang dapat dipungut hasilnya sebagai sarana penghidupannya,sedangkan sebagian besar daerah Palembang jatuh ke tangan Belanda.Pangeran Najamudin yang disingkirkan oleh pemerintahBelanda, berusaha memperoleh bantuan Inggris. Usaha Raffles untukmemberi bantuan yang diharapkan itu gagal, sehingga akhirnyaNajamudin sebagai faktor yang membahayakan pemerintah Belandadiamankan di Batavia.Karena adanya kevakuman kekuasaan di daerah pedalaman,maka terus terjadi pergolakan. Orang-orang Minangkabau dan Melayuyang menjadi pengikut Badaruddin sewaktu dia mengungsi ke huluSungai Musi melakukan perlawanan terhadap ekspedisi Belanda,sehingga ekspedisi tersebut gagal.
Mengingat kaum perlawanan itu adalah pengikut Badaruddin,Belanda mencurigai Badaruddin berada di belakang perlawanantersebut. Karena itu Sultan Badaruddin dtuntut untuk memadamkangerakan tersebut, dan segera menyerahkan putranya untuk dipindah keBatavia.Karena tuntutan tersebut sebagai paksaan, maka Sultan menolak,sehingga perundingan mengalami jalan buntu. Kapal-kapal Belandayang ada di Palembang ditembaki oleh pasukan sultan. Setelah terjadipertempuran tiga hari, Muntinghe beserta kapal-kapalnya terpaksameninggalkan Palembang mengundurkan diri ke Bangka.Kemennangan Sultan Badaruddin tersebut menggugah daerah-daerahlain untuk melawan Belanda, sehingga pertempuran menjalar keBangka, Lingga, dan Riau. Untuk menghadapi serangan Belanda, SultanBadaruddin membangun pertahanan yang kuat di sepanjang SungaiMusi.Sebelum mengirim tentara ke Palembang, Belanda mengangkatPangeran Prabu Anom (putra Najamudin) sebagai Sultan Palembang.Dengan dukungan Sultan baru itu, Belanda mulai menyerangpertahanan di Plaju, tetapi dipukul mundur oleh pasukan Badaruddin.Dalam serangan yang kedua, Plaju direbut sehingga jalan ke Palembangterbuka bagi angkatan perang Belanda.Dalam menghadapi situasi ini, Sultan Badaruddin mencobaberunding dan tidak lagi melakukan perlawanan. Pada tanggal 1 Juli1821 kraton diduduki oleh Belanda. Sultan Badaruddin mengungsi kehulu Sungai Musi untuk melanjutkan perlawanan. Setelah bertahanselama delapan bulan, ia ditangkap dan diasingkan ke Menado,sehingga pada tahun 1822 berakhirlah perlawanan Palemban




BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.    Secara khusus, kedatangan bangsa Belanda didorong oleh dua motif yaitu ekonomi dan petualangan. Pada 1595 armada bangsa Belanda, yang terdiri dari empat kapal dagang, untuk pertama kalinya berlayar ke Hindia Timur dibawah pimpinan Cournelis de Houtman. Armada tersebut sampai di Banten pada 1596.
2.    Maluku padatahun 1817 bangkit mengangkat senjata melawan kekuasaan Belanda.Perlawanan rakyat Maluku berkobar di Pulau Saparua.Peperangan Pelembang dimulai pada saat Raffles menulis surat kepada SultanMahmud Badaruddin agar menyingkirkan Belanda dan untuk keperluanitu Inggris akan memberi bantuan militernya.Belandadiserang oleh pasukan Sultan, dan orang-orang Belanda dibawa ke hiliruntuk dibunuh pada tanggal14 September 1811. Perang Padri dimulai dengan adanya perdamaian yang diadakan pada tahun 1825.Pada saat terjadi gencatan senjata tersebut, ternyata Belandamelakukan tekanan-tekanan kepada penduduk setempat, sehinggaakhirnya meletuslah perlawanan kembali dari pihak kaum Padri diikutioleh rakyat setempat. Perlawanan segera menjalar kembali ke berbagaitempat. Tuanku Imam Bonjol mendapat dukungan Tuanku nan Gapuk,Tuanku nan Cerdik, dan Tuanku Hitam, sehingga mulai tahun 1826volume pertempuran semakin meningkat.Belandamenyerbu ke Tegalrejo sehingga akhirnya pada tanggal 25 Juli 1825berkobarlah perlawanan Diponegoro. Dalam pertempuran tersebut,Pangeran Diponegoro bersama keluarganya berhasil melepaskan diridari serbuan Belanda itu.

B.    Daftar Pustaka

Wiharyanto KA. 2013. Perlawanan Indonesia Terhadap Belanda Abad XIX.Diakses di http://www.usd.ac.id/lembaga/lppm/f1l3/Jurnal%20Historia%20Vitae/vol23no2oktober2009/PERLAWANAN%20INDONESIA%20TERHADAP%20BELANDA%20kardiyat.pdf [17September 2013]

____________. 2013. Nusantara s.d Awal Abad Ke-19. Diaskes di http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/F2058EA0-F4D4-4881-8B3F-4C1A4913ECF0/789/NusantarasdAwalAbadke19.pdf[17 September 2013]


0 komentar:

Posting Komentar