Jumat, 12 Juni 2015

Contoh Karya Ilmiah

Filled under:

BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
Film adalah selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Film juga diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Dari definisi yang pertama, kita dapat membayangkan film sebagai sebuah benda yang sangat rapuh, ringkih, hanya sekeping Compact Disc (CD). Sedangkan film diartikan sebagai lakon artinya adalah film tersebut merepresentasikan sebuah cerita dari tokoh tertentu secara utuh dan berstruktur. Film juga sebagai sarana hiburan yang dapat dinikmati oleh seluruh kalangan. Melalui sebuah media komunikasi berbentuk digital yang ditampilkan dengan sebuah gambar yang dapat bergerak. Selain itu, film mempunyai berbagai jenis, antara lain; Dokumenter, Movie, Komedi, dan Kartun.  
Film kartun adalah film yang pada awalnya dibuat dari tangan dan berupa ilustrasi yang semua gambarnya saling berkesinambungan. Gambar-gambar ini digerakkan secara kesinambungan untuk menghasilkan gerakan yang hidup. Dari serangkaian gambar ini berubah menjadi aksi yang secara terus-menerus. Sehingga tampak seperti gerakan sesungguhnya yang hidup dan menarik. Salah satu ciri film kartun  adalah sangat istimewa dan mengagumkan hingga dapat menyerupai gambar hidup. Selain itu, film kartun juga lucu, berwarna, menarik, serta alur cerita yang sangat unik. Karena hal itu, maka peminat dari film kartun itu sendiri semakin meningkat, terutama di kalangan anak-anak.
Di zaman modern ini, anak-anak terutama anak Sekolah Dasar  bercenderungan lebih suka tinggal di rumah menonton televisi yakni film kartun daripada keluar bermain dengan teman-temannya yang lain. Sehinggga pengaruh film kartun sangat mempengaruhi perkembangan anak-anak. Pertama dari segi waktu, anak-anak lebih senang menonton di rumah dan tidak melakukan apa-apa sehingga tidak memerhatikan waktu untuk saatnya makan, bermain, terutama belajar. Kedua dari segi sosial, anak-anak kurang berinteraksi dengan orang di sekitarnya karena hanya diam di depan televisi  menonton film kesukaan mereka yaitu film kartun. Yang ketiga dari segi psikologis anak, terkadang anak-anak sering menirukan hal-hal yang dilakukan film yang ditontonnya, dan tidak tahu bahwa itu baik atau tidak, dan membuat anak tersebut menjadi pemalas dan kekurangan wawasan tentang dunia luar. Oleh karena itu, kita harus mengubah kebiasaan anak-anak untuk tidak terlalu sering menonton film kartun, maka dari itu kita butuh partisipasi atau bantuan dari orang tua anak itu sendiri.
Film kartun merupakan idola hampir semua usia dini. Khususnya usia SD kelas 4 dan 5. Sehingga tertutup kemungkinan mereka banyak meniru tingkah baik maupun buruk dari film yang ditontonya. Olehnya itu, penulis di sini ingin mengetahui lebih jauh lagi tentang pengaruh yang ditimbulkan film kartun bagi perkembangan psikologi anak Sekolah Dasar  kelas 4 dan 5.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah ; Bagaimanakah pengaruh Film Kartun bagi perkembangan Psikologis anak SD.NEG.3.MAROS kelas 4 dan 5 ?

C.       Tujuan Penulisan
Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, maka penulisan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Film Kartun bagi perkembangan psikologis anak  SD.NEG.3.MAROS kelas 4 dan 5 serta mengetahui dampak film kartun terhadap psikologis anak.

D.    Manfaat Penulisan
Adapun hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat :
1.      Bagi anak
Agar anak tidak terlalu sering untuk menonton film kartun dan selalu memerhatikan waktu di mana dia harus belajar dan bermain dengan teman-temannya di luar. Dan juga bias berinteraksi dengan orang di sekitarnya.
2.      Bagi orang tua
Agar orang tua bisa lebih memperhatikan segala sesuatu yang sering di lakukan oleh anaknya terutama menonton film kartun. Selain itu, orang tua juga harus mengajarkan anaknya untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang positif.







BAB II
KAJIAN PUSTAKA


A.    Film Kartun
1.      Pengertian Film
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, film diartikan selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret), atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan dalam bioskop).
Sedangkan pengertian film secara luas adalah tampilan yang diproduksi secara khusus untuk pertunjukkan di gedung atau bioskop. Pengertian film jenis ini juga disebut dengan istilah teatrikal.
Pada dasarnya film merupakan alat audio visual yang menarik perhatian orang banyak, karena dalam film itu selain memuat adegan yang terasa hidup juga adanya sejumlah kombinasi antara suara, tata warna, costum, dan panorama yang indah. Film memiliki daya pikat yang dapat memuaskan penonton.

2.      Pengertian Kartun
Kartun adalah penggambaran tentang sesuatu secara sederhana, atau dengan cara yang dilebih-lebihkan, atau diplesetkan sama sekali, dengan tujuan menghadirkan sesuatu dengan lucu bahkan terkesan dungu (Marianto dalam Indarto, 1999:11). Kartun menurut Johnny Hidayat adalah medium komunikasi untuk mengingatkan seseorang yang mungkin sedang lupa diri dengan cara ramah dan bersahabat. Kartun menyindir kehidupan seseorang dengan harapan agar menjadi lebih baik daripada kehidupan sebelumnya (https://www.kompas.com/kompascetak/0403/05/naper/887834.htm).
Kartun adalah sebuah gambar atau serangkaian gambar yang memuat cerita atau pesan dalam wujud sindiran atau humor (The World book Encyclopedia dalam Intisari, Januari 1992). Seorang antropolog, Dr. Mark Hobart menyebut kartun sebagai suatu bentuk seni yang berbeda, mampu membuat situasi kompleks menjadi elemen sederhana, sebab kartun adalalah sarana yang mampu merubah cara memahami dunia dengan menekankan aspek yang biasanya terkubur dalam hiruk pikuk kita sehari-hari (Museum Pendet, 2004:26).
Berdasarkan teori di atas maka defenisi film kartun  secara keseluruhan atau lebih akrab disebut dengan film animasi, adalah film yang merupakan hasil dari pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Pada awal penemuannya, film animasi dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang kemudian di-"putar" sehingga muncul efek gambar bergerak. Imajinasi dan daya cipta sang seniman memiliki porsi yang sangat tinggi dalam membuat sebuah film kartun. Ciri khas dari film animasi adalah baik cerita, adegan, tokoh maupun gambar nya begitu bebas dan seringkali melampaui atau menentang batas-batas realita dunia nyata. 

3.      Klasifikasi Film Kartun
Menurut jenisnya, film kartun terbagi menjadi tiga, yaitu :

a.   Film Kartun 2 Dimensi 
Film kartun ini adalah jenis film kartun yang banyak ditayangkan di televisi, terbuat dari gambar dua dimensi yang bergerak. Contoh film kartun jenis ini banyak sekali, seperti : Tom and Jerry, Spongebob Squarepants, Dora The Explorer, Captain Tsubasa, Dragon Ball, dll. 
b.   Film Kartun 3 Dimensi
Film kartun tiga dimensi atau biasa disebut 3D Animation, adalah produk film kartun yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi komputer. Film ini dalam banyak hal menggunakan model gerakan manusia atau hewan sebagai dasar pembuatan animasi bergeraknya sehingga terlihat begitu realistis. Contoh film kartun 3D adalah : Madagascar, Finding Nemo dsb.
c.   Film Kartun Kombinasi
Film ini mengkombinasikan tokoh/bentuk animasi rekaan dengan manusia dalam sebuah cerita. Biasanya film ini menggunakan teknologi 3D agar interaksi dan tampilan antara manusia dan tokoh animasi dapat dinikmati secara mulus/utuh layaknya sebuah film biasa. Contoh film jenis ini adalah : Transformer, Toy Soldiers, dll.
Seiring dengan perkembangan jaman dan beragamnya jenis hiburan, film kartun atau animasi berubah tidak hanya sebagai tayangan hiburan untuk anak melainkan meluas menjadi konsumsi berbagai usia. 
Hal ini menyebabkan film kartun menjadi begitu variatif. Di Amerika Serikat, lembaga yang mengatur sistem peringkat film berdasarkan klasifikasi isi dan tema film yang sesuai dengan tingkat umur penonton adalah MPAA (Motion Pictures andArts Association) dan Asosiasi Pemilik Bioskop Nasional (National Association of Theater Owners).  Berikut klasifikasi rating film menurut MPAA dan NATO, untuk seluruh jenis film termasuk film kartun :
a.      G – (General Audiences), Semua Umur.
Dapat di saksikan oleh siapapun tanpa terkecuali hal ini di karenakan film dengan rating ini tidak mengandung unsur adegan tanpa busana, tidak ada unsur seks maupun obat-obatan terlarang, sangat minim adegan kekerasan dan gaya bahasa yang di gunakan tidak boleh kasar. Film dengan rating G inilah yang aman untuk ditonton oleh anak-anak. Contoh film kartun yang termasuk golongan ini adalah : Dora The Explorer, Upin-Ipin, Finding Nemo dll.
b.      PG – (Parental Guidance), Bimbingan Orang Tua.
Rating ini berarti menyarankan orang tua untuk mendampingi anak saat menonton film ini, karena orang tua mungkin tidak ingin anaknya melihat beberapa unsur tertentu yang di sajikan. PG rating biasanya mengandung unsur kekerasan, kata-kata yang kurang pantas, ataupun tentang obat-obatan terlarang yang di sajikan secara minimalis (sedikit saja). Biasanya film anak yang tidak lulus rating G paling tidak masuk kategori rating PG ini. Contoh film kartun yang termasuk rating ini adalah : Tom and Jerry, Donald Duck, Dragon Ball, dll.
c.      PG 13 – (Parents Strongly Cautioned), Peringatan Keras bagi Orang Tua
Rating ini mewajibkan agar anak dibawah 13 tahun didampingi oleh orangtua saat menontonnya. Hal ini dikarenakan adanya sedikit adegan kekerasan dan darah, ketelanjangan dan seksualitas walaupun samar dan sedikit, penggunaan bahasa dan kata-kata yang dewasa, atau penggunaan obat-obatan. Hampir seluruh film terlaris sepanjang masa masuk dalam kategori ini. Contoh film kartun yang termasuk kategori ini adalah Crayon Shinchan.
d.      R – (Restricted), terbatas
Sebuah film dengan rating R mengandung beberapa materi dewasa, termasuk aktivitas dewasa, kata-kata kasar, kekerasan yang mendalam dan berkelanjutan, ketelanjangan yang berorientasi seksual, penggunaan obat atau narkoba dan elemen sejenisnya. Dengan demikian orang tua harus melarang anak-anaknya yang berumur di bawah 17 tahun untuk menonton film dengan rating ini tanpa bimbingan orang tua secara langsung. Para orang tua disarankan untuk mencari tahu bagaimana film tersebut dikategorikan sebagai rating-R untuk menentukan apakah film tersebut pantas untuk anak-anak mereka atau tidak. Secara umum tidak pantas orang tua mengajak anak-anak mereka menonton film yang memiliki rating-R. Contoh film kartun dengan rating ini adalah : The Simpsons.
e.      NC – 17 (No One 17 or Under Admitted), Hanya 17 tahun keatas.
Sebuah film dengan rating NC-17 adalah film yang dinilai “terlalu dewasa” untuk anak-anak berusia 17 tahun dan di bawahnya. Tidak boleh ada anak-anak yang menontonnya, mengingat kategori NC-17 dapat mengandung materi-materi yang menjijikan dan bersifat menyerang atau pornografi. Sebuah film NC-17 dapat memiliki materi khusus terkait dengan kekerasan, sex, kelakuan-kelakuan gila di luar kewajaran, penggunaan narkoba, atau elemen-elemen lain yang dapat dinilai para orang tua sebagai terlalu keras, atau melewati batas, untuk dilihat oleh anak kecil. Untuk skala produksi besar, jarang sekali film kartun yang masuk dalam kategori ini. Film dengan kategori ini banyak terdapat di Jepang dengan istilah jenis film hentai.
Di Indonesia, pengaturan sistem rating ditetapkan oleh pemerintah dalam Undang-undang No.33 tahun 2009 tentang Perfilman pasal 7 sebagai berikut :
Film yang menjadi unsur pokok kegiatan perfilman dan usaha perfilman disertai pencantuman penggolongan usia penonton film yang meliputi film: 
a.      untuk penonton semua umur; 
b.      untuk penonton usia 13 (tiga belas) tahun atau lebih;
c.      untuk penonton usia 17 (tujuh belas) tahun atau lebih; dan 
d.      untuk penonton usia 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih.

B.     Pekembangan Psikologi Anak
1.      Pengertian Psikologi
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche = jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapat tentang pengertian psikologi, diantaranya:
Pengertian Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid 13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat  secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.
Pengertian Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Pengertian Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Dari beberapa definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak, tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.

2.      Pengertian Anak
Anak merupakan generasi penerus berlangsungnya kehidupan manusia dalam hal ini Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 menerangkan  Bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Definisi anak pada Pasal 1 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan seorang anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Hal tersebut sama juga dengan pengertian menurut Konvensi Hak Anak (KHA) definisi anak adalah manusia yang umurnya belum mencapai 18 tahun.
Pendapat lain Menurut John Locke (dalam Gunarsa, 1986) anak adalah pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan.
Dan menurut Augustinus (dalam Suryabrata, 1987), yang dipandang sebagai peletak dasar permulaan psikologi anak, mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa.
Sehingga dapat di simpulkan bahwa anak adalah manusia yang belum dewasa yang umumnya berumur di bawah 18 tahun dan masih rentan terhadap kesalahan sehingga perlu pengawasan dari manusia dewasa.
Maka, psikologi anak adalah cabang psikologi yang mempelajari perubahan dan perkembangan stuktur jasmani, perilaku, dan fungsi mental manusia yang dimulai sejak terbentuknya makhluk itumelalui pembuahan hingga menjelang mati.
Psikologi anak sebagai pengetahuan yang mempelajari persamaan dan perbedaan fungsi-fungsi psikologis sepanjang hidup (mempelajari bagaimana proses berpikir pada anak-anak, memilikipersamaan dan perbedaan, dan bagaimana kepribadian seseorang berubah dan berkembang.

Berdasarkan beberapa kajian teori di atas maka dampak dari film kartun menyebabkan perkembangan psikologis seorang anak pastilah akan mempengaruhi hubungan sosial anak tersebut dengan lingkungan sekitar. Menurut Hurlock perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial dengan berprilaku yang dapat diterima secara sosial, memenuhi tuntutan yang diberikan oleh kelompok sosial, dan memiliki sikap yang positif terhadap kelompok sosialnya.

3.      Ciri Perkembangan Psikologis Anak
Menurut Anna Freud ada 4 perbedaan penting dari ciri perkembangan psikologi anak yaitu :
a.      Anak bersifat egocentris
b.      Organ seksual dari anak belum berkembang sempurna
c.      Pada anak-anak (usia kurang dari 7 tahun) proses berpikirnya banyak dipengaruhi dorongan keinginan dan fantasinya
d.      Pada anak waktu ditentukan oleh dominasi dari Id dan Ego
Sedangkan Piaget (Ahmadi & Sholeh, 2005: 39) membagi beberapa sifat khas anak-anak pada masa Kelas-Kelas Tinggi Sekolah Dasar, yang merupakan tahap perkembangan berdasarkan psikologis, sebagai berikut:
a.      Adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret; hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan- pekerjaan yang praktis.
b.      Amat realistis, ingin tahu, ingin belajar.
c.      Menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal dan mata pelajaran- mata pelajaran khusus, yang oleh ahli-ahli yang mengikuti teori faktor, ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor.
d.      Sampai kira-kira umur 11;0 tahun anak membutuhkan seorang guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugasnya dan memenuhi keinginannya; setelah kira-kira umur 11;0 tahun pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha menyelesaikannya sendiri.
e.      Pada masa ini anak-anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya mengenai prestasi sekolah.
f.       Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama.














BAB III
METODE PENELITIAN


A.    Populasi dan Sampel
1.      Populasi dalam dalam penelitian ini adalah siswa/siswi SD.NEG.3.MAROS kelas 4 dan 5 yang terdiri dari:
2 kelas X 30 siswa : 60 siswa
2.      Sampel dari penelitian ini adalah :
a.      Kelas 4  SD.NEG.3.MAROS yang berjumlah 30 orang diambil sampel secara acak berjumlah 15 orang.
b.      Kelas 5 SD.NEG.3.MAROS yang berjumlah 30 orang diambil sampel secara acak berjumlah 15 orang.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah sampel penelitian adalah 30 siswa dari 60 siswa.
B.     Instrumen pengumpulan data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket (questioner) yang disebar secara acak kepada siswa/siswi kelas 4 dan kelas 5 SD.NEG.3.MAROS.

C.     Prosedur Penelitian
            Prosedur penelitian dalam menyusun karya tulis ini bersifat deskriptif. Adapun tahapan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1.        Mengkaji dan mengidentifikasi berbagai permasalahan
2.        Mencari informasi dari berbagai media (referensi buku dan internet)   
3.        Merumuskan permasalahan tentang pengaruh film kartun terhadap perkembangan psikologis anak SD.NEG.3.MAROS kelas 4 dan 5.
4.        Mengolah, mengkaji, dan menganalisis permasalahan berdasarkan informasi dan kajian pustaka serta menyebarkan angket  untuk memperoleh jawaban dari rumusan masalah .
5.        Mencari dan memberikan pemecahan masalah, dengan konsep sehingga dapat diterapkan.
6.        Memberikan kesimpulan berdasarkan pembahasan.












BAB IV
HASIL PENELITIAN


A.    Analisis Data
Berdasarkan hasil angket yang kami sebarkan kepada anak-anak SD.NEG.3.MAROS  kelas 4 dan 5 memperlihatkan data sebagai berikut :

no.
Pertanyaan
Jawaban
Persentasi
1
Apakah menurut Anda menonton itu penting?
a.
Ya
17%
b.
Tidak
33%
c.
Biasa saja
50%
d.
Lainnya
0%
2
Film apa yang kamu sukai di televisi?
a.
Kartun
67%
b.
Berita
30%
c.
Sinetron
3%
d.
Lainnya
0%
3
 Apakah Anda senang nonton film kartun?
a.
Tidak senang   
7%
b.
Senang
73%
c.
Sangat senang
20%
d.
Lainnya
0%
4
Kalau Anda  senang nonton film kartun, apa alasan anda?
a.
Karena lucu
100%
b.
Karena banyak adegan berkelahi
0%
c.
karena romantis
0%
d.
lainnya
0%
5
 Berapa kali Anda nonton film kartun dalam sehari?
a.
1-2 kali
50%
b.
3-4 kali
47%
c.
5-6 kali
3%
d.
Lainnya
0%
6
Berapa lama Anda nonton film kartun dalam sehari?
a.
0-1 jam
43%
b.
2-3 jam
47%
c.
4-6 jam
3%
d.
Lainnya
7%
7
 Yang manakah yang lebih Anda sukai?
a.
Belajar
90%
b.
nonton film kartun
6%
c.
Tidur
0%
d.
Lainnya
3%
8
Tokoh film kartun mana yang anda sukai?
a.
power ranger
17%
b.
Shinchan
10%
c.
Doraemon
57%
d.
Lainnya
17%
9
Apakah Anda suka menirukan tokoh film kartun?
a.
Ya
57%
b.
Tidak
37%
c.
Tidak tahu
7%
d.
Lainnya
0%
10
 Jika Ya, apa yang sering anda tirukan?
a.
Perilaku
40%
b.
Pakaian
20%
c.
Sifat
23%
d.
Lainnya
17%
11
Bersama siapa anda biasanya menonton film kartun?
a.
Teman
7%
b.
Orang tua
3%
c.
kakak/adik
80%
d.
lainnya
10%
12
Ketika Anda menonton film kartun bagaimanakah tanggapan orang tua adik ?
a.
Cuek
0%
b.
Marah
10%
c.
Biasa saja
83%
d.
lainnya
7%
13
Apakah orang tua lebih senang kalau Anda nonton daripada bermain diluar?
a.
Ya
20%
b.
Tidak
73%
c.
Kadang-kadang
0%
d.
Lainnya
7%
14
Apakah Anda pernah tidak mengerjakan PR karena nonton film kartun?

a.
Ya
27%
b.
Tidak
53%
c.
Sering
20%
d.
Lainnya
0%
15
Apakah ada pengaruh film kartun bagi kegiatan belajar Anda disekolah?
a.
Ya
37%
b.
Tidak
7%
c.
Tidak tahu
57%
d.
Lainnya
0%


B.     Penjelasan  data
       Berdasarkan tabel angket yang telah kami analisis, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1.      Mengenai pentingnya menonton televisi, 50% anak menjawab biasa saja, 33%  anak menjawab tidak, dan 17% anak menjawab ya. Sehingga dari persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa anak SD  kelas 4 dan 5 beranggapan bahwa menonton televisi itu tidak terlalu penting.
2.      Mengenai jenis film yang disukai anak, 67 % anak menjawab film kartun, 30% berita, dan 3 % sinetron. Maka dapat disimpulkan bahwa anak SD kelas 4 dan 5 lebih menyukai film yang berbau kartun.
3.      Dari angket yang disebar, membuktikan bahwa 73 % anak menganggap bahwa mereka merasa senang menonton film kartun.
4.      100 % anak menjawab bahwa alasan mereka menonton film kartun adalah karena lucu.
5.      Mengenai keseringan menonton film kartun, anak SD kelas 4 dan 5 menonton televisi 1-2 kali sehari. Terbukti dari 50% anak menjawab hal tersebut.
6.      Anak SD kelas 4 dan 5 menonton televisi selama 2-3 jam.
7.      Dalam membandingkan antara belajar dan menonton film katrun, anak SD kelas 4 dan 5 ternyata lebih memilih belajar dibandingkan nonton film kartun.
8.      Dari tokoh-tokoh film kartun yang dicantumkan, 57 % anak lebih menyukai tokoh Doraemon.
9.      Ternyata anak SD kelas 4 dan 5 senang menirukan tokoh film kartun yang di idolakannya.
10. Hal yang paling sering ditirukan anak SD terhadap tokoh film kartun adalah perilakunya.
11. Ketika menonton film kartun, anak tersebut selalu ditemani oleh kakak atau adik mereka.
12. Dari angket yang disebarkan, ternyata  83 % anak menjawab bahwa tanggapan orang tua mereka saat menonton film kartun adalah biasa saja.
13. Orang tua anak SD lebih sebang kalau anaknya bermain diluar daripada tinggal dirumah menonton film kartun.
14. Anak SD tidak pernah lupa mengerjakan pekerjaan rumah mereka gara-gara menonton film kartun.
15. Anak SD menjawab bahwa mereka tidak mengetahui pengaruh film kartun terhadap kegiatan belajar mereka disekolah.

C.     Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah kami lakukan dan telah kami jelaskan dalam tabel di atas, maka kami dapat menjawab rumusan masalah kami bahwa :
1.   Ternyata anak SD kelas 4 dan 5 senang menirukan tokoh film kartun. Berarti anak tersebut senang menirukan tokoh Doraemon yang mempunyai daya hayal yang tinggi sehingga dapat melakukan semua hal yang mereka inginkan.
2.   Tetapi mengenai pengaruh film kartun bagi perkembangan psikologis anak itu tidak terlalu significant karena selain tidak terlalu sering menonton, juga sering ditemani oleh orang tua dan kakak/adik mereka, sehingga pengaruhnya tidak terlalu besar terhadap anak tersebut.










BAB V
PENUTUP

                                                          
A.       Kesimpulan
Jadi, berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, kami telah menyimpulkan bahwa film kartun tidak akan berpengaruh terhadap psikologis anak jika anak tersebut menonton film kartun dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama, menonton film kartun yang mendidik, dan selalu didampingi oleh orang tua mereka.
B.       Saran
Berdasarkarkan penelitian yang kami lakukan, kami menyarakan kepada anak-anak agar ketika menonton film kartun jangan terlalu lama, dan pilihlah film kartun yang dapat mendidik adik. Orang tua dapat membiming anaknya dalam menonton acara televisi dengan cara-cara sebagai berikut:
1.   Pilihlah program acara televisi yang memang benar – benar bermanfaat bagi seluruh keluarga.
2.   Tentukan dan bedakan waktu menonton televisi bagi anak – anak yang belum dan sudah dewasa.
3.   Batasi waktu menonton televisi untuk anak – anak.
4.   Dampingi anak-anak pada saat menonton televisi.













                                                                                                              










0 komentar:

Posting Komentar