BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Film adalah selaput
tipis yang dibuat dari seluloid untuk tempat gambar negatif (yang akan dibuat
potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop). Film
juga diartikan sebagai lakon (cerita) gambar hidup. Dari definisi yang pertama,
kita dapat membayangkan film sebagai sebuah benda yang sangat rapuh, ringkih,
hanya sekeping Compact Disc (CD). Sedangkan film diartikan sebagai lakon
artinya adalah film tersebut merepresentasikan sebuah cerita dari tokoh
tertentu secara utuh dan berstruktur. Film juga sebagai sarana hiburan yang
dapat dinikmati oleh seluruh kalangan. Melalui sebuah media komunikasi
berbentuk digital yang ditampilkan dengan sebuah gambar yang dapat bergerak.
Selain itu, film mempunyai berbagai jenis, antara lain; Dokumenter, Movie,
Komedi, dan Kartun.
Film kartun adalah film yang pada awalnya dibuat dari tangan
dan berupa ilustrasi yang semua gambarnya saling berkesinambungan.
Gambar-gambar ini digerakkan secara kesinambungan untuk menghasilkan gerakan
yang hidup. Dari serangkaian gambar ini berubah menjadi aksi yang secara
terus-menerus. Sehingga tampak seperti gerakan sesungguhnya yang hidup dan
menarik. Salah satu ciri film kartun adalah sangat istimewa dan mengagumkan hingga
dapat menyerupai gambar hidup. Selain itu, film kartun juga lucu, berwarna,
menarik, serta alur cerita yang sangat unik. Karena hal itu, maka peminat dari
film kartun itu sendiri semakin meningkat, terutama di kalangan anak-anak.
Di zaman modern ini, anak-anak terutama anak Sekolah
Dasar bercenderungan lebih suka tinggal
di rumah menonton televisi yakni film kartun daripada keluar bermain dengan
teman-temannya yang lain. Sehinggga pengaruh film kartun sangat mempengaruhi
perkembangan anak-anak. Pertama dari segi waktu, anak-anak lebih senang
menonton di rumah dan tidak melakukan apa-apa sehingga tidak memerhatikan waktu
untuk saatnya makan, bermain, terutama belajar. Kedua dari segi sosial,
anak-anak kurang berinteraksi dengan orang di sekitarnya karena hanya diam di
depan televisi menonton film kesukaan mereka
yaitu film kartun. Yang ketiga dari segi psikologis anak, terkadang anak-anak
sering menirukan hal-hal yang dilakukan film yang ditontonnya, dan tidak tahu
bahwa itu baik atau tidak, dan membuat anak tersebut menjadi pemalas dan kekurangan
wawasan tentang dunia luar. Oleh karena itu, kita harus mengubah kebiasaan
anak-anak untuk tidak terlalu sering menonton film kartun, maka dari itu kita
butuh partisipasi atau bantuan dari orang tua anak itu sendiri.
Film kartun
merupakan idola hampir semua usia dini. Khususnya usia SD kelas 4 dan 5. Sehingga
tertutup kemungkinan mereka banyak meniru tingkah baik maupun buruk dari film
yang ditontonya. Olehnya itu, penulis di sini ingin mengetahui lebih jauh lagi
tentang pengaruh yang ditimbulkan film kartun bagi perkembangan psikologi anak
Sekolah Dasar kelas 4 dan 5.
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
di atas, penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah ; Bagaimanakah
pengaruh Film Kartun bagi perkembangan Psikologis anak SD.NEG.3.MAROS kelas 4
dan 5 ?
C. Tujuan
Penulisan
Sesuai dengan
rumusan masalah yang diajukan, maka penulisan ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh Film Kartun bagi perkembangan psikologis anak SD.NEG.3.MAROS kelas 4 dan 5 serta mengetahui
dampak film kartun terhadap psikologis anak.
D. Manfaat
Penulisan
Adapun
hasil penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat :
1.
Bagi
anak
Agar anak tidak
terlalu sering untuk menonton film kartun dan selalu memerhatikan waktu di mana
dia harus belajar dan bermain dengan teman-temannya di luar. Dan juga bias
berinteraksi dengan orang di sekitarnya.
2.
Bagi
orang tua
Agar orang tua bisa
lebih memperhatikan segala sesuatu yang sering di lakukan oleh anaknya terutama
menonton film kartun. Selain itu, orang tua juga harus mengajarkan anaknya
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang positif.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Film
Kartun
1. Pengertian
Film
Dalam kamus besar bahasa
Indonesia, film diartikan selaput tipis yang dibuat dari seluloid untuk
tempat gambar negatif (yang akan dibuat potret), atau untuk tempat gambar
positif (yang akan dimainkan dalam bioskop).
Sedangkan pengertian film secara luas adalah
tampilan yang diproduksi secara khusus untuk pertunjukkan di gedung atau
bioskop. Pengertian film jenis ini juga disebut dengan istilah teatrikal.
Pada dasarnya film merupakan alat audio visual yang menarik perhatian orang banyak,
karena dalam film itu selain memuat adegan yang terasa hidup juga adanya
sejumlah kombinasi antara suara, tata warna, costum, dan panorama yang indah.
Film memiliki daya pikat yang dapat memuaskan penonton.
2. Pengertian
Kartun
Kartun adalah penggambaran tentang sesuatu
secara sederhana, atau dengan cara yang dilebih-lebihkan, atau diplesetkan
sama sekali, dengan tujuan menghadirkan sesuatu dengan lucu bahkan
terkesan dungu (Marianto dalam Indarto, 1999:11). Kartun menurut Johnny
Hidayat adalah medium komunikasi untuk mengingatkan seseorang
yang mungkin sedang lupa diri dengan cara ramah dan bersahabat. Kartun menyindir kehidupan
seseorang dengan harapan agar menjadi lebih baik daripada kehidupan sebelumnya (https://www.kompas.com/kompascetak/0403/05/naper/887834.htm).
Kartun adalah sebuah gambar atau serangkaian
gambar yang memuat cerita atau pesan dalam wujud sindiran atau humor
(The World book Encyclopedia dalam Intisari, Januari
1992). Seorang antropolog, Dr. Mark Hobart menyebut kartun
sebagai suatu bentuk seni yang berbeda, mampu membuat situasi kompleks
menjadi elemen sederhana, sebab kartun adalalah sarana yang mampu merubah
cara memahami dunia dengan menekankan aspek yang biasanya terkubur dalam
hiruk pikuk kita sehari-hari (Museum Pendet, 2004:26).
Berdasarkan teori di atas maka defenisi film
kartun secara keseluruhan atau lebih
akrab disebut dengan film animasi, adalah film yang merupakan hasil dari
pengolahan gambar tangan sehingga menjadi gambar yang bergerak. Pada awal
penemuannya, film animasi dibuat dari berlembar-lembar kertas gambar yang
kemudian di-"putar" sehingga muncul efek gambar bergerak. Imajinasi
dan daya cipta sang seniman memiliki porsi yang sangat tinggi dalam membuat
sebuah film kartun. Ciri khas dari film animasi adalah baik cerita, adegan,
tokoh maupun gambar nya begitu bebas dan seringkali melampaui atau menentang
batas-batas realita dunia nyata.
3. Klasifikasi
Film Kartun
Menurut jenisnya, film kartun terbagi menjadi tiga, yaitu
:
a. Film Kartun 2
Dimensi
Film kartun ini adalah jenis film kartun yang
banyak ditayangkan di televisi, terbuat dari gambar dua dimensi yang bergerak.
Contoh film kartun jenis ini banyak sekali, seperti : Tom and
Jerry, Spongebob Squarepants, Dora The Explorer, Captain Tsubasa,
Dragon Ball, dll.
b. Film Kartun 3
Dimensi
Film kartun tiga dimensi atau biasa disebut
3D Animation, adalah produk film kartun yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi
komputer. Film ini dalam banyak hal menggunakan model gerakan manusia atau
hewan sebagai dasar pembuatan animasi bergeraknya sehingga terlihat begitu
realistis. Contoh film kartun 3D adalah : Madagascar, Finding
Nemo dsb.
c. Film Kartun
Kombinasi
Film ini mengkombinasikan tokoh/bentuk
animasi rekaan dengan manusia dalam sebuah cerita. Biasanya film ini
menggunakan teknologi 3D agar interaksi dan tampilan antara manusia dan tokoh
animasi dapat dinikmati secara mulus/utuh layaknya sebuah film biasa. Contoh
film jenis ini adalah : Transformer, Toy Soldiers, dll.
Seiring dengan perkembangan jaman dan
beragamnya jenis hiburan, film kartun atau animasi berubah tidak hanya sebagai
tayangan hiburan untuk anak melainkan meluas menjadi konsumsi berbagai
usia.
Hal ini menyebabkan film kartun menjadi
begitu variatif. Di Amerika Serikat, lembaga yang mengatur sistem
peringkat film berdasarkan klasifikasi isi dan tema film yang sesuai dengan
tingkat umur penonton adalah MPAA (Motion Pictures andArts Association)
dan Asosiasi Pemilik Bioskop Nasional (National Association of Theater
Owners). Berikut klasifikasi rating film menurut MPAA dan NATO, untuk
seluruh jenis film termasuk film kartun :
a. G – (General Audiences), Semua
Umur.
Dapat di saksikan oleh siapapun tanpa
terkecuali hal ini di karenakan film dengan rating ini tidak mengandung unsur
adegan tanpa busana, tidak ada unsur seks maupun obat-obatan terlarang, sangat
minim adegan kekerasan dan gaya bahasa yang di gunakan tidak boleh kasar. Film
dengan rating G inilah yang aman untuk ditonton oleh anak-anak. Contoh film
kartun yang termasuk golongan ini adalah : Dora The Explorer, Upin-Ipin,
Finding Nemo dll.
b. PG – (Parental Guidance),
Bimbingan Orang Tua.
Rating ini berarti menyarankan orang tua
untuk mendampingi anak saat menonton film ini, karena orang tua mungkin tidak
ingin anaknya melihat beberapa unsur tertentu yang di sajikan. PG rating
biasanya mengandung unsur kekerasan, kata-kata yang kurang pantas, ataupun
tentang obat-obatan terlarang yang di sajikan secara minimalis (sedikit saja).
Biasanya film anak yang tidak lulus rating G paling tidak masuk kategori rating
PG ini. Contoh film kartun yang termasuk rating ini adalah : Tom and Jerry,
Donald Duck, Dragon Ball, dll.
c. PG 13 – (Parents Strongly
Cautioned), Peringatan Keras bagi Orang Tua
Rating ini mewajibkan agar anak dibawah 13
tahun didampingi oleh orangtua saat menontonnya. Hal ini dikarenakan adanya
sedikit adegan kekerasan dan darah, ketelanjangan dan seksualitas walaupun
samar dan sedikit, penggunaan bahasa dan kata-kata yang dewasa, atau penggunaan
obat-obatan. Hampir seluruh film terlaris sepanjang masa masuk dalam kategori
ini. Contoh film kartun yang termasuk kategori ini adalah Crayon Shinchan.
d. R – (Restricted), terbatas
Sebuah film dengan rating R mengandung
beberapa materi dewasa, termasuk aktivitas dewasa, kata-kata kasar, kekerasan
yang mendalam dan berkelanjutan, ketelanjangan yang berorientasi seksual,
penggunaan obat atau narkoba dan elemen sejenisnya. Dengan demikian orang tua
harus melarang anak-anaknya yang berumur di bawah 17 tahun untuk menonton film
dengan rating ini tanpa bimbingan orang tua secara langsung. Para orang tua
disarankan untuk mencari tahu bagaimana film tersebut dikategorikan sebagai
rating-R untuk menentukan apakah film tersebut pantas untuk anak-anak mereka
atau tidak. Secara umum tidak pantas orang tua mengajak anak-anak mereka
menonton film yang memiliki rating-R. Contoh film kartun dengan rating ini
adalah : The Simpsons.
e. NC – 17 (No One 17 or Under
Admitted), Hanya 17 tahun keatas.
Sebuah film dengan rating NC-17 adalah film
yang dinilai “terlalu dewasa” untuk anak-anak berusia 17 tahun dan di bawahnya.
Tidak boleh ada anak-anak yang menontonnya, mengingat kategori NC-17 dapat
mengandung materi-materi yang menjijikan dan bersifat menyerang atau
pornografi. Sebuah film NC-17 dapat memiliki materi khusus terkait dengan
kekerasan, sex, kelakuan-kelakuan gila di luar kewajaran, penggunaan narkoba,
atau elemen-elemen lain yang dapat dinilai para orang tua sebagai terlalu
keras, atau melewati batas, untuk dilihat oleh anak kecil. Untuk skala produksi
besar, jarang sekali film kartun yang masuk dalam kategori ini. Film dengan
kategori ini banyak terdapat di Jepang dengan istilah jenis film hentai.
Di Indonesia, pengaturan sistem rating
ditetapkan oleh pemerintah dalam Undang-undang No.33 tahun 2009 tentang
Perfilman pasal 7 sebagai berikut :
Film yang menjadi unsur pokok kegiatan
perfilman dan usaha perfilman disertai pencantuman penggolongan usia penonton
film yang meliputi film:
a. untuk penonton semua umur;
b. untuk penonton usia 13 (tiga
belas) tahun atau lebih;
c. untuk penonton usia 17 (tujuh
belas) tahun atau lebih; dan
d. untuk penonton usia 21 (dua puluh
satu) tahun atau lebih.
B. Pekembangan Psikologi Anak
1. Pengertian Psikologi
Psikologi (dari bahasa Yunani Kuno: psyche =
jiwa dan logos = kata) dalam arti bebas psikologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang jiwa/mental. Psikologi tidak mempelajari jiwa/mental itu secara
langsung karena sifatnya yang abstrak, tetapi psikologi membatasi pada
manifestasi dan ekspresi dari jiwa/mental tersebut yakni berupa tingkah laku
dan proses atau kegiatannya, sehingga Psikologi dapat didefinisikan sebagai
ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku dan proses mental.
Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapat
tentang pengertian psikologi,
diantaranya:
Pengertian
Psikologi menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia
Jilid 13 (1990), Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan
binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat
dilihat secara langsung.
Pengertian
Psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas
tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Pengertian
Psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia
baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan.
Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi
perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebgainya, sedangkan tingkah
laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Dari beberapa definisi
tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian
psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku
manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya.
Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku yang tampak maupun tidak tampak,
tingkah laku yang disadari maupun yang tidak disadari.
2. Pengertian
Anak
Anak merupakan generasi penerus
berlangsungnya kehidupan manusia dalam hal ini
Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 menerangkan Bahwa anak
adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat
harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Definisi anak pada Pasal 1
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan seorang anak adalah seseorang yang belum
berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Hal
tersebut sama juga dengan pengertian menurut Konvensi Hak Anak (KHA) definisi
anak adalah manusia yang umurnya belum mencapai 18 tahun.
Pendapat lain Menurut John
Locke (dalam Gunarsa, 1986) anak adalah pribadi yang masih bersih dan
peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan.
Dan menurut Augustinus (dalam Suryabrata,
1987), yang dipandang sebagai peletak dasar permulaan psikologi anak,
mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai
kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang disebabkan oleh
keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak-anak lebih
mudah belajar dengan contoh-contoh yang diterimanya dari aturan-aturan yang
bersifat memaksa.
Sehingga dapat di simpulkan bahwa anak adalah
manusia yang belum dewasa yang umumnya berumur di bawah 18 tahun dan masih
rentan terhadap kesalahan sehingga perlu pengawasan dari manusia dewasa.
Maka,
psikologi anak adalah cabang psikologi yang mempelajari perubahan dan
perkembangan stuktur jasmani, perilaku, dan fungsi mental
manusia yang dimulai sejak terbentuknya makhluk itumelalui pembuahan hingga
menjelang mati.
Psikologi
anak sebagai pengetahuan yang mempelajari persamaan dan perbedaan fungsi-fungsi
psikologis sepanjang hidup (mempelajari bagaimana proses berpikir pada anak-anak,
memilikipersamaan dan perbedaan, dan bagaimana kepribadian seseorang berubah
dan berkembang.
Berdasarkan beberapa
kajian teori di atas maka dampak dari film kartun menyebabkan perkembangan
psikologis seorang anak pastilah akan mempengaruhi hubungan sosial anak
tersebut dengan lingkungan sekitar. Menurut Hurlock perkembangan sosial
berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial
dengan berprilaku yang dapat diterima secara sosial, memenuhi tuntutan yang
diberikan oleh kelompok sosial, dan memiliki sikap yang positif terhadap
kelompok sosialnya.
3. Ciri
Perkembangan Psikologis Anak
Menurut Anna Freud
ada 4 perbedaan penting dari ciri perkembangan psikologi anak yaitu :
a. Anak
bersifat egocentris
b. Organ
seksual dari anak belum berkembang sempurna
c. Pada
anak-anak (usia kurang dari 7 tahun) proses berpikirnya banyak dipengaruhi
dorongan keinginan dan fantasinya
d. Pada anak
waktu ditentukan oleh dominasi dari Id dan Ego
Sedangkan Piaget (Ahmadi
& Sholeh, 2005: 39) membagi beberapa sifat khas anak-anak pada masa
Kelas-Kelas Tinggi Sekolah Dasar, yang merupakan tahap perkembangan berdasarkan
psikologis, sebagai berikut:
a. Adanya minat terhadap kehidupan
praktis sehari-hari yang konkret; hal ini menimbulkan adanya kecenderungan
untuk membandingkan pekerjaan- pekerjaan yang praktis.
b. Amat realistis, ingin tahu, ingin
belajar.
c. Menjelang akhir masa ini telah ada
minat kepada hal dan mata pelajaran- mata pelajaran khusus, yang oleh ahli-ahli
yang mengikuti teori faktor, ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya
faktor-faktor.
d. Sampai kira-kira umur 11;0 tahun
anak membutuhkan seorang guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan
tugasnya dan memenuhi keinginannya; setelah kira-kira umur 11;0 tahun pada
umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha
menyelesaikannya sendiri.
e. Pada masa ini anak-anak memandang
nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya mengenai prestasi
sekolah.
f. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk
kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Populasi
dan Sampel
1. Populasi dalam
dalam penelitian ini adalah siswa/siswi SD.NEG.3.MAROS kelas 4 dan 5 yang
terdiri dari:
2 kelas X 30 siswa : 60 siswa
2. Sampel dari
penelitian ini adalah :
a. Kelas 4 SD.NEG.3.MAROS yang berjumlah 30 orang
diambil sampel secara acak berjumlah 15 orang.
b. Kelas 5
SD.NEG.3.MAROS yang berjumlah 30 orang diambil sampel secara acak berjumlah 15
orang.
Dari
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa jumlah sampel penelitian adalah 30
siswa dari 60 siswa.
B. Instrumen
pengumpulan data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket (questioner) yang disebar secara acak kepada siswa/siswi kelas 4 dan
kelas 5 SD.NEG.3.MAROS.
C.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian
dalam menyusun karya tulis ini bersifat deskriptif. Adapun tahapan dalam penulisan karya tulis
ilmiah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mengkaji
dan mengidentifikasi berbagai permasalahan
2.
Mencari
informasi dari berbagai media (referensi buku
dan internet)
3.
Merumuskan
permasalahan tentang pengaruh film kartun terhadap perkembangan psikologis anak
SD.NEG.3.MAROS kelas 4 dan 5.
4.
Mengolah,
mengkaji, dan menganalisis permasalahan berdasarkan informasi dan kajian
pustaka serta menyebarkan angket untuk
memperoleh jawaban dari rumusan masalah .
5.
Mencari
dan memberikan pemecahan masalah, dengan konsep sehingga dapat diterapkan.
6.
Memberikan
kesimpulan berdasarkan pembahasan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Analisis
Data
Berdasarkan hasil angket yang
kami sebarkan kepada anak-anak SD.NEG.3.MAROS kelas 4 dan 5 memperlihatkan data sebagai
berikut :
no.
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
Persentasi
|
|
1
|
Apakah menurut Anda menonton itu penting?
|
a.
|
Ya
|
17%
|
b.
|
Tidak
|
33%
|
||
c.
|
Biasa saja
|
50%
|
||
d.
|
Lainnya
|
0%
|
||
2
|
Film apa yang kamu sukai di televisi?
|
a.
|
Kartun
|
67%
|
b.
|
Berita
|
30%
|
||
c.
|
Sinetron
|
3%
|
||
d.
|
Lainnya
|
0%
|
||
3
|
Apakah Anda
senang nonton film kartun?
|
a.
|
Tidak senang
|
7%
|
b.
|
Senang
|
73%
|
||
c.
|
Sangat senang
|
20%
|
||
d.
|
Lainnya
|
0%
|
||
4
|
Kalau Anda
senang nonton film kartun, apa alasan anda?
|
a.
|
Karena lucu
|
100%
|
b.
|
Karena banyak adegan berkelahi
|
0%
|
||
c.
|
karena romantis
|
0%
|
||
d.
|
lainnya
|
0%
|
||
5
|
Berapa kali
Anda nonton film kartun dalam sehari?
|
a.
|
1-2 kali
|
50%
|
b.
|
3-4 kali
|
47%
|
||
c.
|
5-6 kali
|
3%
|
||
d.
|
Lainnya
|
0%
|
||
6
|
Berapa lama Anda nonton film kartun dalam sehari?
|
a.
|
0-1 jam
|
43%
|
b.
|
2-3 jam
|
47%
|
||
c.
|
4-6 jam
|
3%
|
||
d.
|
Lainnya
|
7%
|
||
7
|
Yang manakah
yang lebih Anda sukai?
|
a.
|
Belajar
|
90%
|
b.
|
nonton film kartun
|
6%
|
||
c.
|
Tidur
|
0%
|
||
d.
|
Lainnya
|
3%
|
||
8
|
Tokoh film kartun mana yang anda sukai?
|
a.
|
power ranger
|
17%
|
b.
|
Shinchan
|
10%
|
||
c.
|
Doraemon
|
57%
|
||
d.
|
Lainnya
|
17%
|
||
9
|
Apakah Anda suka menirukan tokoh film kartun?
|
a.
|
Ya
|
57%
|
b.
|
Tidak
|
37%
|
||
c.
|
Tidak tahu
|
7%
|
||
d.
|
Lainnya
|
0%
|
||
10
|
Jika Ya, apa
yang sering anda tirukan?
|
a.
|
Perilaku
|
40%
|
b.
|
Pakaian
|
20%
|
||
c.
|
Sifat
|
23%
|
||
d.
|
Lainnya
|
17%
|
||
11
|
Bersama siapa anda biasanya menonton film kartun?
|
a.
|
Teman
|
7%
|
b.
|
Orang tua
|
3%
|
||
c.
|
kakak/adik
|
80%
|
||
d.
|
lainnya
|
10%
|
||
12
|
Ketika Anda menonton film kartun bagaimanakah
tanggapan orang tua adik ?
|
a.
|
Cuek
|
0%
|
b.
|
Marah
|
10%
|
||
c.
|
Biasa saja
|
83%
|
||
d.
|
lainnya
|
7%
|
||
13
|
Apakah orang tua lebih senang kalau Anda nonton
daripada bermain diluar?
|
a.
|
Ya
|
20%
|
b.
|
Tidak
|
73%
|
||
c.
|
Kadang-kadang
|
0%
|
||
d.
|
Lainnya
|
7%
|
||
14
|
Apakah Anda pernah tidak mengerjakan PR karena nonton
film kartun?
|
a.
|
Ya
|
27%
|
b.
|
Tidak
|
53%
|
||
c.
|
Sering
|
20%
|
||
d.
|
Lainnya
|
0%
|
||
15
|
Apakah ada pengaruh film kartun bagi kegiatan
belajar Anda disekolah?
|
a.
|
Ya
|
37%
|
b.
|
Tidak
|
7%
|
||
c.
|
Tidak tahu
|
57%
|
||
d.
|
Lainnya
|
0%
|
B. Penjelasan data
Berdasarkan
tabel angket yang telah kami analisis, maka diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Mengenai pentingnya
menonton televisi, 50% anak menjawab biasa saja, 33% anak menjawab tidak, dan 17% anak menjawab
ya. Sehingga dari persentase tersebut dapat disimpulkan bahwa anak SD kelas 4 dan 5 beranggapan bahwa menonton
televisi itu tidak terlalu penting.
2. Mengenai jenis film
yang disukai anak, 67 % anak menjawab film kartun, 30% berita, dan 3 %
sinetron. Maka dapat disimpulkan bahwa anak SD kelas 4 dan 5 lebih menyukai
film yang berbau kartun.
3. Dari angket yang
disebar, membuktikan bahwa 73 % anak menganggap bahwa mereka merasa senang
menonton film kartun.
4. 100 % anak menjawab
bahwa alasan mereka menonton film kartun adalah karena lucu.
5. Mengenai keseringan
menonton film kartun, anak SD kelas 4 dan 5 menonton televisi 1-2 kali sehari.
Terbukti dari 50% anak menjawab hal tersebut.
6. Anak SD kelas 4 dan
5 menonton televisi selama 2-3 jam.
7. Dalam membandingkan
antara belajar dan menonton film katrun, anak SD kelas 4 dan 5 ternyata lebih
memilih belajar dibandingkan nonton film kartun.
8. Dari tokoh-tokoh
film kartun yang dicantumkan, 57 % anak lebih menyukai tokoh Doraemon.
9. Ternyata anak SD
kelas 4 dan 5 senang menirukan tokoh film kartun yang di idolakannya.
10. Hal yang paling
sering ditirukan anak SD terhadap tokoh film kartun adalah perilakunya.
11. Ketika menonton
film kartun, anak tersebut selalu ditemani oleh kakak atau adik mereka.
12. Dari angket yang
disebarkan, ternyata 83 % anak menjawab
bahwa tanggapan orang tua mereka saat menonton film kartun adalah biasa saja.
13. Orang tua anak SD
lebih sebang kalau anaknya bermain diluar daripada tinggal dirumah menonton
film kartun.
14. Anak SD tidak
pernah lupa mengerjakan pekerjaan rumah mereka gara-gara menonton film kartun.
15. Anak SD menjawab
bahwa mereka tidak mengetahui pengaruh film kartun terhadap kegiatan belajar
mereka disekolah.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah kami lakukan dan telah kami jelaskan dalam tabel di atas, maka kami
dapat menjawab rumusan masalah kami bahwa :
1. Ternyata anak SD
kelas 4 dan 5 senang menirukan tokoh film kartun. Berarti anak tersebut senang
menirukan tokoh Doraemon yang mempunyai daya hayal yang tinggi sehingga dapat
melakukan semua hal yang mereka inginkan.
2. Tetapi mengenai
pengaruh film kartun bagi perkembangan psikologis anak itu tidak terlalu
significant karena selain tidak terlalu sering menonton, juga sering ditemani
oleh orang tua dan kakak/adik mereka, sehingga pengaruhnya tidak terlalu besar
terhadap anak tersebut.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jadi, berdasarkan penelitian yang telah kami lakukan, kami telah
menyimpulkan bahwa film kartun tidak akan berpengaruh terhadap psikologis anak
jika anak tersebut menonton film kartun dalam jangka waktu yang tidak terlalu
lama, menonton film kartun yang mendidik, dan selalu didampingi oleh orang tua
mereka.
B. Saran
Berdasarkarkan
penelitian yang kami lakukan, kami menyarakan kepada anak-anak agar ketika
menonton film kartun jangan terlalu lama, dan pilihlah film kartun yang dapat
mendidik adik. Orang tua dapat membiming anaknya dalam menonton acara televisi dengan
cara-cara sebagai berikut:
1.
Pilihlah program acara televisi yang memang benar – benar bermanfaat bagi
seluruh keluarga.
2.
Tentukan dan bedakan waktu menonton televisi bagi anak – anak yang belum
dan sudah dewasa.
3.
Batasi waktu menonton televisi untuk anak – anak.
4.
Dampingi anak-anak pada saat menonton televisi.
0 komentar:
Posting Komentar