Kerajaan Negeri Perak
Pada zaman
dahulu, berdiri sebuah kerajaan bernama Negeri Perak. Para raja-raja yang
pernah berkuasa di kerajaan tersebut merupakan keluarga keturunan dari Raja
Iskandar Dzulkarnain. Dimana Raja pertamanya ialah kakeknya yakni Marhum
Jalilullah.
Ketikasang
kakek meninggal dunia,pemimpin kerajaan digantikan oleh pamannya yakni, Raja
Raden alias Sultan Mahmud Syah yang bergelar Sultan Alauddin Riayat Syahyang
juga merupakan anak sulung dari Marhum Jalilullah. Hingga pada suatu hariSultan
Alauddin Riayat Syah punpergi menyusul Ayahanda. Karena anak kedua dari Marhum Jalilullah telah lama meninggal dunia,
maka anak ketiga yakni Raja Inu atau Sultan Muzaffar Syah dinobatkan menjadi
penguasa kerajaan saat itu.
Dimasa
kepemimpinan Sultan Muzzafar Syah, beliau sempat memindahkan pusat kerajaan dari Brahma Indra
ke Kuala Kangsar. Serta dimasanya pula terjadi permasalahan dalam sistem
kerajaan yakni, adinda beliau yang bernama Raja Bisnu alias Sultan Muhammad
Syah juga menjadi penguasa kerajaan pada saat itu. Dimana pusat kerajaannya
bertempat di Pulau Tiga. Agar tidak menimbulkan masalah yang lebih besar, maka
Sultan Muzzafar Syah menobatkan sang Adinda sebagai raja di Brahma Indra dan
beliau sendiri menjadi penguasa di seluruh negeri perak.
Atas
perkawinannya, Sultan Muhammad Syah memiliki tujuh orang anak. Salah satunya
ialah Raja Iskandar alias Raja Iskandar Muda. Beliau sangat berperan dalam
memajukan negeri perak. Langkahnya untuk memajukan negeri perak dimulai ketika
pasukan Raja Kecil Minang, Daeng Matkah dan Daeng Mencelak datang menyerang
untuk menjatuhkan Sultan Muhammad Syah. Saat itu beliau berhasil memenangkan
peperangan tersebut dan membuat orang-orang Belanda tertarik kepada negeri
Perak untuk bekerja sama sambil melakukan jual beli biji timah yang merupakan
hasil tambang terbesar di Brahma Indra. Hal ini pun membuat negeri perak
menjadi lebih makmur.
Kemudian,
permasalah pun kembali terjadi. Ketika Sultan Muzaffar Syah hendak menjadikan
Raja Alam alias Raja Kecil Besar sebagai penguasa di Brahma Indra, Raja
Iskandar Muda tidak menyetujui hal tersebut hingga akhirnya Raja Alam menyimpan
dendam terhadap Raja Iskandar Muda. Bersama dengan pasukannya beliau hendak
melakukan penyerangan kepada Raja Iskandar Muda. Akan tetapi, rencana tersebut
tidak berhasil dan akhirnya Raja Alam beserta pasukannya dikurung di Pulau
Tiga.
Tak lama
kemudian Sultan Muhammad Syah meninggal dunia, dan tahtanya jatuh kepada
anaknya, Raja Iskandar Muda. Dimasa kepemimpinannya beliau berjanji akan adil,
jujur dan bijaksana.
Raja
Iskandar Muda akhirnya pun dipertemukan dengan sang jodoh. Beliau meminang
seorang permaisuri bernama Raja Budak Rasul yang merupakan anak dari Sultan
Muzaffar Syah lalu diggelarnya pesta pernikahan yang sangat megah dan meriah
selama 40 hari 40 malam.
Seperti
halnya raja-raja terdahulu, Sultan Iskandar Dzulkarnain pun mendapat masalah
ditengah kepemimpinannya. Beliau mendapat pesan bahwa orang-orang Belanda akan
datang melakukan penyerangan. Beliau pun menyiapkan pasukan perlawan. Namun
ternyata sang pembawa pesan, seorang ahli bahasa Belanda salah paham dalam
mengartikan pesan tersebut karena ketika sesampainya di negeri Perak,
orang-orang Belanda datang bukan untuk
berperang melainkan ingin memperbaharui perjanjian perdagangan dan hendak
membeli biji timah lebih banyak.
Berakhirnya masalah dengan Belanda, Sultan Iskandar Muda akhirnya memperoleh tahta tertinggi di Negeri Perak. Beliau dinobatkan menjadi penguasa Negeri Perak setelah Sultah Muhammad Syah meninggal Dunia dan diberi gelar Sultan Iskandar Dzulkarnain. Dimasanya pun, Beliau memindahkan lagi pusat kerajaan dari Brahma Indra ke Cempaka Sari dan diganti namamnya menjadi Pulau Indra Sakti . Dan dimasa –masa kejayaannya beliau mendirikan mesjid yang akan digunakan untuk sholat idul fitri. Tak lama setelah itu, Sultan Iskandar Dzulkarnain akhirnya karuniai seorang anak. Beliau pun mengadakan pesta besar-besaran bersama rakyatnya. Selanjutnya, dibangunnya sebuah Mahligai. Akan tetapi masyarakat menilai mahligai tersebut terlalu besar.
Masalah pun
terjadi , kali ini rumah tangga yang telah dibangun oleh Sultan Iskandar
Dzulkarnain menjadi kurang harmonis karena fitnah dari Pembesar Sayong yang iri
dan tidak suka terhadap Mahligai sang Raja. Ia mengirimkan seorang wanita
jalang ke kerajaan untuk diberikan kepada Sultan Iskandar Dzulkarnain, padahal
beliau sama sekali tidak memintanya. Dan setelah kejadian itu pun, penguasa
negeri Perak tersebut jatuh sakit. Namun, beliau dapat kembali sembuh karena
telah diobati oleh para tabib.
Setelah
kejadian tersebut, terdengar kembali kabar bahwa orang Belanda ingin melakukan
penyerangan. Dan kali ini mereka hendak membunuh Kepala Pelabuhan. Sultan
Iskandar Dzulkarnain pun menyiapkan pasukan perlawanan. Namun, seperti
sebelumnya ketika orang Belanda tiba di pelabuhan, mereka mundur dan melakukan
perdamaian. Padahal setelah diketahui, orang Belanda mengaku datang bukan untuk
membunuh Kepala Pelabuhan melainkan
membunuh monyet.
Akhir masa
keterpurukan Raja Iskandar Dzulkarnain akhirnya pun tiba . Tak beberapa lama
setelah beliau beserta istrinya telah datang berziarah ke makam almarhum
Ayahandanya, sang permaisuri pun juga pergi menyusul. Maka beliau pun merasa
sangat terpukul dan memutuskan untuk pergi berlayar dimana peristiwa pelayarannya
tersebut dikisahkan dalam sebuah syair indah. Dan setelah berlayar mengelilingi
dunia, akhirnya Raja Iskandar Dzulkarnain meniggal dunia.
Tahta
kerajaan pun turun kepada adinda Raja Iskandar Dzulkarnain yang bernama Raja
Muda yang bergelar Sultan Mahmud Syah.
Di masanya, Raja Selangor datang menghadap dan dinobatkan menjadi
sultan.
0 komentar:
Posting Komentar